Ahli Energi - Membahas manajemen energi, Sumber energi terbarukan dan tak terbarukan , pemanfaatan energi , Pembangkit listrik tenaga surya dan isu-isu terbaru energi

MANAJEMEN ENERGI - AUDIT ENERGI - SUMBER-SUMBER ENERGI - ENERGI TERBARUKAN - ISU TERBARU ENERGI

Audit Energi Gedung

Kegiatan untuk mengidentifikasi dimana dan berapa energi yang digunakan serta berapa potensi penghematan yang mungkin diperoleh dalam upaya mengoptimalkan penggunaan energi pada fasilitas atau sistem gedung

Energi Terbarukan Dan Konservasi Energi

Energi terbarukan tersedia melimpah di alam penggunaannya ketersediaannya tidak pernah habis dan tidak merusak lingkungan - Konservasi energi adalah melestarikan energi dengan penggunaan yang efisien dan bijaksana

Manajemen Energi

Manajemen energi adalah pengelolaan energi secara komprehensip secara nasional dan lokal dengan mengikuti kaidah-kaidah manajemen untuk mencapai kemakmuran bersama

Efisiensi di Industri

Industri yang menerapkan sistem manajemen energi dan melakukan program efisiensi energi akan memiliki daya saing yang tinggi karena biaya energinya lebih rendah

Kebijakan Energi Nasional

Kebijakan energi Nasional (KEN) yang menerapkan sistem manajemen energi yang benar, Menerapkan prinsip berkeadilan keberlanjutan dan berwawasan lingkungan, memperhatikan kaidah-kaidah efisiensi energi dan menggunakan energi secara bijaksana akan memberikan kemakmuran bagi rakyat

Senin, 04 Juli 2022

Audit Energi Gedung




Definisi Audit Energi

Seperti halnya manajemen keuangan, untuk menelusuri penggunaan keuangan dan mengontrol penggunaannya yang tepat, maka digunakan audit keuangan sebagai alatnya. Dengan audit keuangan akan dapat diketahui penggunaan keuangan yang tidak tepat dan tidak benar sehingga pemborosan bisa ditekan dan bisa mengkondisikan pengelola keuangan untuk menyusun manajemen keuangan yang baik.

Demikian juga pada manajemen energi, untuk mengetahui  dan menelusuri aliran penggunaan energi digunakan audit energi sebagai alatnya. Dengan audit energi ini akan diketahui kebocoran-kebocoran penggunaan energi di gedung sehingga dapat ditentukan langkah-langkah yang tepat untuk menekan kebocoran–kebocoran tersebut dan pengelolaan energinya menjadi baik.

Pada bangunan gedung, sistem pengguna energi dapat dikelompokkan pada empat pengguna energi terbesar yaitu : Sistem AC, Sistem pencahayaan, sistem transportasi gedung dan peralatan kantor plus lainnya. Dari hasil survei sejumlah pihak (sumber Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi) persentasi penggunaan energi peralatan gedung komersial rata-rata  adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini ;


Gambar Persentase penggunana energi di gedung

Sumber : kemetrian ESDM

Dari gambar terlihat bahwa sistem AC menggunakan energi terbesar sekitar 60 % dari energi gedung dan diikuti oleh pencahayaan sekitar 20 %. Apakah implikasinya? Implikasinya adalah bahwa fokus kegiatan konservasi energi ini harus diarahkan terutama ke sistem AC dan kemudian pencahayaannya karena penghematan dikedua sistem ini akan memberikan hasil yang signifikan dalam program penghematan gedung.

Ada perbedaan hasil yang signifikan dalam melaksanakan konservasi energi di bangunan sebelum dan sesudah pembangunan gedung tersebut. Pembangunan suatu gedung komersial yang direncanakan secara matang untuk memenuhi kaidah-kaidah konservasi energi akan memberikan banyak keuntungan dan manfaat bagi pemilik dan pemakai gedung tersebut. Dengan perencanaan awal yang matang dan menyeluruh serta memenuhi kaidah-kaidah hemat energi tanpa mengorbankan kenyamanan pemakaian gedung seperti kenyamanan termal dan visual maka pemakaian energi gedung akan lebih rendah dibandingkan dengan tanpa perencanaan konservasi energi. Dengan rendahnya pemakaian energi gedung akan memberikan manfaat untuk pemilik gedung karena dapat menggunakan bangunan secara terus menerus karena biaya operasionalnya yang lebih rendah. Biaya operasional yang rendah untuk gedung komersial selanjutnya akan membuat harga sewa gedung menjadi lebih rendah sehingga mendorong para penyewa tetap bertahan di bangunan tersebut.

Dari berbagai kegiatan audit yang telah dilakukan ditemukan bahwa banyak sistem AC gedung terpasang oversize dari yang dibutuhkan dan bisa sampai dua kali lipat dari kebutuhannya. Ini mengandung arti dalam perencanaan awalnya tidak memasukkan aspek konservasi energi sehingga konsumsi energi listrik dari sistem AC sangat tinggi dan mempengaruhi biaya operasional gedungnya, sementara itu modifikasi sistem AC existing tidaklah merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, jadi gedung akan cenderung terus dengan kondisi operasional penggunaan listrik yang tinggi sebagai akibat perencanaan awal yang tidak melibatkan aspek konservasi energi.

Konservasi energi adalah salah satu bentuk pengelolaan energi yang benar dan efisien yang sebaiknya dimasukkan sebagai salah satu aspek dalam perencanaan pembangunan gedung. Namun walaupun begitu Konservasi energi masih tetap bisa dilakukan setelah gedung dibangun. Alat utama untuk kegiatan konservasi energi pada bangunan gedung yang telah berdiri adalah audit energi.

Selain itu dengan adanya audit energi pelaksanaan efisiensi energi dapat dilaksanakan selama operasional gedung sehingga gedung yang melaksanakan efisiensi energi disemua aspek operasional gedung akan mendapatkan nilai tambah dari biaya operasi gedung yang murah sehingga nilai jual dan sewa gedung menjadi tinggi.

Kapan Audit energi diperlukan

Audit energi adalah kegiatan untuk mengetahui pola pemakaian energi dari peralatan pengguna energi yang ada di gedung. Pola pemakaian energi ini diamati pada peralatan-peralatan utama pengguna energi seperti AC, lift, Pencahayaan, boiler dan motor-motor. Dengan didapatkannya pola pemakaian energi maka langkah-langkah untuk melakukan efisiensi dan pengelolaan energi di gedung menjadi lebih terarah.  Untuk menetapkan tingkat efisiensi peralatan penggguna energi yang ada di gedung dilakukan perbandingan hasil pengamatan dan pengukuran dengan acuan standar yang berlaku seperti SNI dan lainnya.

Audit energi : ” Kegiatan untuk mengidentifikasi dimana dan berapa energi yang digunakan serta berapa potensi penghematan yang mungkin diperoleh dalam upaya mengoptimalkan penggunaan energi pada fasilitas unit/sistem gedung”.

Tujuan audit energi : ” Adalah untuk menentukan cara yang terbaik untuk mengurangi penggunaan energi per satuan output dan mengurangi biaya operasi gedung ”

Suatu kegiatan audit energi adalah merupakan alat untuk mendukung program konservasi energi disuatu fasilitas pengguna energi. istilah konservasi energi ini harus dibedakan dengan penghematan energi. Konsep yang berlaku dari konservasi energi ini adalah suatu kegiatan untuk mendukung pemakaian energi yang tepat dan efisien pada suatu fasilitas pengguna energi tanpa mengurangi produktifitas atau kenyamanannya. Untuk mencapai ini diperlukan batasan-batasan standar yang harus ditaati. Dengan adanya batasan ini maka penghematan energi tidak akan dilakukan secara semena-mena sehingga merugikan pengguna, sebagai contoh ada persepsi yang salah menghemat energi lampu pada ruangan kantor adalah dengan mematikan begitu saja sejumlah lampu pada ruangan itu, sehingga mengakibatkan sulitnya kegiatan membaca dan aktifitas lainnya. Yang benar mematikan lampu pada ruangan kantor dibatasi oleh tingkat terang minimal (lux) yang harus dipenuhi agar sesuai dengan peruntukkannya. Sebagai contoh dalam ruangan tingkat minimal tingkat terang adalah 350 lux, kemudian setelah diukur dengan alat ukur pencahayaan tingkat terangnya menunjukkan 400 lux, maka pada ruangan  tersebut dapat dilakukan pemadaman sejumlah lampu sehingga rata-rata tingkat terangnya turun menjadi 350 lux.

Uraian diatas akan mengarah kepada pertanyaan kapan suatu fasilitas pengguna energi (gedung atau lainnya) perlu melakukan audit energi.

Sesungguhnya kita tidak secara mudah bisa mengatakan suatu fasilitas pengguna energi itu boros dalam penggunaan energinya, yang paling mungkin kita menduga bahwa suatu fasilitas pengguna energi berindikasi boros energinya. Tapi sebaiknya  suatu fasilitas pengguna energi baik gedung ataupun lainnya perlu diaudit penggunaan energinya ada ataupun tidak indikasi penggunaan energi yang boros.

Gambar berikut memperlihatkan Skema kerja audit energi disuatu fasilitas pengguna energi.

Gambar memperlihatkan bahwa sesungguhnya audit energi itu merupakan suatu bagian dari siklus kegiatan konservasi energi yang dilakukan pada suatu fasilitas pengguna energi untuk tetap menjaga penggunaan energinya yang efisien



Skema kerja audit energi disuatu fasilitas pengguna energi

Dalam gambar terlihat bahwa audit energi dimaksudkan untuk mendapatkan peluang-peluang penghematan energi dari suatu fasilitas pengguna energi. Sehingga bisa dibuat sejumlah rekomendasi-rekomendasi program konservasi energi. Rekomendasi-rekomendasi ini dari sisi pembiayaannya dapat dipilah pada tiga kategori yaitu No/low cost, medium cost, dan high cost. Kategori ini relatif sifatnya untuk masing-masing gedung karena tergantung aset serta modal yang dimiliki oleh pemilik gedung. Rekomendasi yang bersifat medium dan high cost masih memerlukan adanya studi kelayakan agar dapat diimplementasikan sehingga memberikan penghematan energi yang nyata.

Hasil implementasi rekomendasi konservasi energi baik yang low cost, Medium cost ataupun yang high cost selanjutnya dimonitoring selama periode tertentu dan dikaji keberhasilannya dibandingkan dengan kondisi sebelum pelaksanaan implementasi konservasi energi.

Kegiatan konservasi energi akan diulangi pada periode berikutnya yang akan ditentukan oleh pemilik fasilitas dan semuanya itu akan dimulai lagi dengan audit energi. Periode siklus kegiatan konervasi energi ditetapkan oleh masing-masing pemilik fasilitas, minimal dalam satu tahun siklus konservasi energi ini diulangi.

Berikut adalah Langkah-langkah kegiatan audit energi yang dilakukan di gedung, yaitu:

  1. Melakukan pengukuran pada sistem kelistrikan dengan mengamati, kualitas kelistrikan a.l. : faktor daya, daya listrik, energi, harmonik dll.
  2. Melakukan pengukuran pada sistem Pengkondisi udara gedung mencakup : pemakaian daya dan energi listriknya, pola pemakaian sistem AC,  tingkat kenyamanan serta diamati juga kondisi disainnya.
  3. Melakukan  pengukuran dan pengamatan pada sistem pencahayaan gedung, kegiatan ini mencakup : pengamatan kondisi tingkat terang, daya terpasang pencahayaan serta pemakaian sistem pencahayaan yang hemat energi
  4. Melakukan Pengamatan pada selubung bangunan gedung, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan selubung gedung dalam menghambat laju aliran panas dari luar gedung.
  5. Melakukan pengukuran dan pengamatan pada peralatan lainnya pendukung aktifitas gedung seperti : lift, escalator, boiler, STP, pompa dll.

Langkah-langkah audit energi ini selanjutnya akan diikuti analis dan evaluasi kondisi real untuk membuat rekomendasi konservasi energi yang akan diimplementasikan untuk mendapatkan penghematan energi yang nyata.

Seperti juga halnya audit keuangan, audit energi merupakan suatu penelusuran atas sumber daya energi dari mulai masuknya sampai ke pengguna akhir untuk mencari kebocoran kebocoran serta membuat rekomendasi yang akan memperbaiki sistem pemanfaatan energi dari suatu fasilitas (gedung atau pabrik). Dapat dikatakan audit energi ini dilakukan hanya untuk gedung yang sudah berdiri (existing) bukan untuk gedung yang baru dalam rencana. Namun demikian kaidah-kaidah dan batasan-batasan konservasi energi dalam audit energi bisa dipakai untuk perencanaan awal gedung yang akan dibangun.

kegiatan audit energi pada bangunan gedung harus melihat aspek-aspek yang terkait dengan gedung yaitu :

·        Sistem kelistrikan Pada Bangunan Gedung

·        Sistem Tata Udara Pada Bangunan Gedung

·        Sistem Tata Cahaya Pada Bangunan Gedung

·        Sistem Selubung Bangunan Gedung Pada Bangunan Gedung

·        Sistem Pompa dan Perpompaan Pada Bangunan Gedung

·        Sistem Peralatan lain (lift escalator dan boiler) Pada Bangunan Gedung

·        Sistem otomasi terintegrasi gedung (BAS) Pada Bangunan Gedung

Audit energi adalah alat, jadi bukan hasil kerja atau bukti keberhasilan konservasi energi di gedung. Hal-hal yang menjadi faktor keberhasilan kegiatan konservasi energi di gedung adalah pemilihan teknologi yang tepat serta kreatifitas untuk membuat disain atau modifikasi sistem menjadi lebih efektif dalam menghemat energi serta tentunya pengalaman yang baik.

 1.  Sistem kelistrikan gedung

Sumber utama energi untuk operasional gedung saat ini adalah dari listrik. Listrik ini bisa disuplai dari PLN atupun dari genset atau gas engine milik sendiri. Akan lebih baik jika dalam perencanaan awal  sudah dilibatkan aspek konservasi energi dalam pembuatan sistem kelistrikan gedung. Aspek konservasi energi dari sistem kelistrikan gedung adalah terbaginya  beban secara merata pada masing-masing fasa, telah terpisahnya masing-masing beban seperti AC, penerangan dan lift pada saluran kabel yang tersendiri. Telah adanya alat pengukur konsumsi energi lisitrik  pada masing-masing sistem pengguna energi sehingga pemakaian energinya dapat dimonitor. Monitoring dilakukan untuk menilai keberhasilan sejumlah langkah konservasi energi yang bisa dilakukan pada sistem-sistem pengguna energi tadi.

Selain itu dengan telah terpisahnya beban listrik sistem pengguna energi pada saluran kabel yang berbeda akan memudahkan kontrol operasi sistem tadi apalagi jika gedung menggunakan sistem otomasi terintegrasi  (Building Automation System/BAS).

Pemasangan  kapasitor bank pada jaringan listrik diawal pembangunan  juga akan meningkatkan efisiensi penggunan listrik sistem kelistrikan gedung. Jika hal itu tidak dilakukan, minimal ada alokasi tempat yang tepat di panel induk untuk pemasangan kapasitor bank ini dikemudian hari,

Pemilihan genset yang efisien dalam mengkonsumsi bahan bakar juga diperlukan seandainya genset diperlukan untuk mengganti suplai listrik dari PLN saat beban puncak. Genset juga layak  digunakan saat dimana harga energi alternatif pengganti solar yaitu BBN biosolar harganya cukup murah dan ekonomis.

2.  Sistem Tataudara pada bangunan gedung

Pada bangunan gedung sistem tataudara menjadi komponen utama yang paling besar penggunaan energinya yaitu sekitar 60 persen. Penggunaan yang sangat besar ini perlu menjadikan sistem AC sebagai fokus utama dalam kegiatan penghematan energi di gedung. Sistem AC gedung pada umumnya dapat dibagi dua bagian utama yaitu sistem refrigerasi yang merupakan penggerak utama pengkondisian udara dan sistem tataudara. Sistem refrigerasi ini terdiri atas kompresor, evaporator, kondenser dan katup ekspansi. Pada umumnya sistem refrigerasi ini menggunakan refrigerant (freon) yang saat ini masih banyak menggunakan refrigerant yang menyebabkan kerusakan ozone serta menimbulkan pemanasan global. Sementara sistem tataudara mengalirkan udara pada duct setelah didinginkan oleh sistem refrigerasi tadi. Sistem tataudara terdiri atas duct aliran udara, kipas pengalir udara suplai dan diffuser pendistribusi udara dingin.

Parameter tingkat hemat sistem AC gedung ditandai dengan efisiensi sistem refrigerasinya dan pencapaian kenyamanan ruangan sesuai standar kenyamanan orang Indonesia. Tingkat efisiensi sistem AC diukur dengan kemampuan pengambilan panas gedung dibandingkan dengan energi listrik yang dikonsumsi. Angka acuan efisiensi sistem refrigerasi gedung menurut SNI tahun 1993 yang dikeluarkan oleh Puslitbang pemukinan Departemen Pekerjaan Umum adalah maksimum kw/TR sebesar 0,9. Angka ini menunjukkan bahwa sistem refrigerasi maksimum menkonsumsi listrik 0,9 kW untuk menghasilkan kemampuan mengambil panas gedung sebesar 1 Ton Refrigerasi atau 12.000 Btu/hr atau 3024 kcal/jam. Sementara tingkat kenyamanan dalam ruangan dimana sistem AC-nya  beroperasi pada kondisi efisien energi adalah pada suhu 25 + 2 oC  dan kelembaban udara relatif sebesar  60 +10 %

Ada berbagai macam sistem refrigerasi yang dapat dipilih untuk kondisi gedung tertentu seperti sistem chiller water cooler, chiller air cooler, sistem package  atau kombinasinya. Sementara pada sistem distribusi udara bisa menggunakan sistem seperti AHU dengan chilled water atau refrigerant atau juga menggunakan fan coil sistem untuk mengalirkan udara dingin ke ruangan-ruangan yang dilayani oleh sistem AC.

Pemilihan sistem refrigerasi dan distribusi udara ditentukan oleh banyak faktor terutama adalah kondisi dan lokasi penempatan dari sistem AC di gedung serta anggaran yang dimiliki oleh pemilik gedung. Selain itu yang terutama adalah bahwa sistem AC yang didisain kapasitasnya sesuai dengan beban panas yang harus diatasi oleh system AC.

Program konservasi energi pada sistem AC lebih baik dilakukan pada saat awal perencanaan bangunan dibandingkan dengan setelah bangunan itu berdiri karena modifikasi sistem yang telah ada akan lebih menyulitkan dan akan mempengaruhi bagian-bagian lain karena semua sistem telah dihitung secara terintegrasi dari awalnya.

Perencanaan awal dalam penentuan jenis sistem AC yang dipilih serta peralatan yang diadakan sangat menentukan dalam pencapaian tujuan konservasi energi pada sistem AC gedung.

3. Sistem tatacahaya pada bangunan gedung

Pada bangunan gedung sistem tatacahaya menempati urutan kedua dalam mengkonsumsi energi listrik. Pada bangunan gedung pencahayaan digunakan untuk area publik seperti ruangan kantor, lorong-lorong dan lobby sehingga  pencahayaannya lebih terdistribusi.

Perencanaan pencahaayan gedung yang hemat energi akan lebih baik dilakukan sebelum bangunan berdiri karena sifatnya yang terdistribusi sehingga mempengaruhi  area yang luas. Perubahan sistim pencahayaan atau retrofitting setelah bangunan berdiri akan memberatkan biaya perubahan langit-langit dari ruangan yang diperbaiki.

Untuk mendapatkan pencahayaan dalam ruangan yang optimal diperlukan pemilihan jenis lampu yang hemat energi sesuai dengan peruntukkan ruangan serta pemilihan armatur yang efektif dalam merefleksikan  cahaya ke bawah.

Penentuan jenis warna dinding serta tinggi letak dari armatur sangat menentukan tingkat pencahayaan yang sampai ke bidang yang akan diterangi. Tingkat terang yang ingin dicapai akan menentukan berapa banyak jumlah lampu dan daya masing-masing lampu yang diperlukan.

Pencahayaan ruangan yang hemat energi ditentukan juga  oleh efisiensi lampu yang ditandai dengan parameter lumen per watt yang menunjukkan jumlah berkas cahaya yang dihasilkan untuk tiap 1 watt daya listrik yang dikonsumsi.

Untuk penerangan publik yang menggunakan jenis lampu fluorescent, penggunaan ballast elektronik akan lebih mengurangi daya listrik yang dibutuhkan untuk pencahayaan dalam ruangan.

Indonesia adalah negara tropis yang dianugrahi cahaya matahari yang melimpah sepanjang tahun. Sumber cahaya yang gratis dan murah ini tidak secara optimal dimanfaatkan sebagai sumber cahaya penerangan alami siang hari. Ada kekhawatiran bahwa penggunaan cahaya alami ini akan menambah beban AC gedung. Sebenarnya hal itu tidak beralasan selama cahaya alami yang dimanfaatkan itu adalah cahaya pantulan dan bukan cahaya langsung. Cahaya pantulan memiliki panjang gelombang yang tinggi sementara cahaya langsung masih mengandung spektrum yang memiliki panjang gelombang rendah. Spektrum dengan panjang gelombang rendah ini akan menimbukan efek rumah kaca sementara cahaya pantulan tidak menimbulkan efek rumah kaca dan beban pendinginan AC yang terjadi tetap rendah.

4. Sistem selubung bangunan

Selubung bangunan adalah bagian terluar dari gedung yang melingkupi seluruh konstruksi bangunan dalam menghambat aliran panas dari lingkungan luar. Yang menjadi komponen selubung bangunan ini adalah dinding beserta jendela kaca dan pintu serta selubung atap.

Luasan dan jenis selubung bangunan (dinding dan atap) mempengaruhi perolehan kalor/panas (heat gain) akibat konduksi panas dari luar dan panas dari radiasi matahari. Untuk mengurangi perolehan panas yang berarti pula menurunkan beban pendinginan sistem AC, maka pemilihan dinding luar, kaca, atap dan kombinasi luasan dinding dengan kacanya akan menjadi penentu efektifitas selubung bangunan dalam menghambat aliran panas dari luar.  Sistem AC di gedung  mendapatkan beban panas terbesarnya melalui  selubung bangunan, karena itu perhatian terhadap selubung bangunan ini harus yang paling mendalam.

Disain selubung gedung yang terlalu banyak melibatkan jendela kaca akan menyebabkan beban pendinginan AC yang besar sehingga akan membuat konsumsi listik untuk AC menjadi besar. Diperlukan suatu kombinasi antara dinding keras (tembok) dan kaca  dari selubung bangunan gedung yang optimal serta penggunaan peneduh dan vegetasi yang baik diluar gedung agar beban listrik untuk AC rendah.

Sebagai tolok ukur tingkat efektiftas selubung bangunan ini dalam mengatasi beban AC telah ditetapkan  untuk kondisi Indonesia ukuran RTTV (Roof Thermal Transfer Value) untuk selubung atap dan OTTV (Overall Thermal Transfer Value) untuk selubung dinding. Nilai maksimum yang diperbolehkan untuk kedua parameter ini adalah (berdasarkan SNI No SNI 03-6389-2000), yaitu

Nilai RTTV gedung maksimum adalah  = 45 watt/m2

Nilai OTTV gedung maksimum adalah = 45 watt/m2

Nilai 45 watt/m2  artinya adalah jumlah panas mengalir (dinyatakan dalam watt) melewati satu satuan meterpersegi selubung bangunan maksimum sebesar 45 watt. Jika lebih besar berarti suatu gedung tidak efisien, jika lebih kecil berarti sudah efisien

5. Sistem Pompa dan perpompaan

Dipastikan bahwa semua bangunan gedung memiliki pompa dan sistem perpompaannya yang terutama digunakan untuk mengalirkan air bersih. Secara umum system pompa menggunakan energi listrik cukup kecil tapi penghematan energi di pompa ini tetap diperlukan apalagi dengan system pompa yang efisien maka konservasi air juga bisa dilaksanakan.

6. Sistem Peralatan lain (lift escalator dan boiler)

Saat ini gedung komersial khususnya yang berada di kota besar tidak terhindarkan untuk menggunakan transportasi vertical. Hal ini terutama disebabkan keterbatasan lahan yang menyebabkan pembangunan gedung mengarah ke atas.

Perencanaan awal transportasi vertical yang efisien energinya ditentukan oleh faktor-faktor seperti peruntukan gedung, laju perkiraan jumlah orang dan pemilihan teknologi sistem transportasi verticalnya. Sistem transportasi vertical yang modern dan dapat diprogram ulang adalah sistem yang akan lebih mendukung program konservasi energi dalam gedung baik dalam perencanaan awal maupun retrofit dikemudian hari.

Selain lift beberapa gedung juga memiliki peralatan escalator atau tangga berjalan. Pada umumnya perkantoran tidak memiliki escalator dan biasanya banyak dipergunakan di Mall dan pusat perbelanjaan.

Selain itu beberapa bangunan pada umunya hotel dan rumah sakit memiliki juga peralatan boiler yaitu untuk menghasilkan uap air atau air panas untuk mandi serta laundry atau memasak terutama di hotel.

7.  Sistem Otomasi Terintegrasi Gedung (BAS)

Dengan kemajuan teknologi komputer dan informasi maka untuk meningkatkan performa operasi sistem-sistem pengguna energi saat ini telah digunakan building otomation system (BAS). Penggunaan BAS ini juga  dapat mengintegrasikan kerja sistem tadi. Pada operasional sistem AC penggunaan BAS akan dapat mengatur jam nyala dari sistem chiller dan AHU serta mengatur jumlah chiller yang nyala. Sementara pada lampu BAS ini akan dapat mengatur jam nyala dari lampu dan juga mengatur jumlah lampu yang nyala disesuaikan dengan pencahayaan alami siang hari yang masuk. Pengaturan lampu dan sistem AC tadi hanya dapat dilakukan oleh BAS dengan syarat bahwa jaringan kabel listriknya telah terpisah untuk masing-masing sistem.  Sementara itu pada lift penggunaan BAS dapat mengatur jumlah lift nyala sesuai jam yang telah ditetapkan.

Penggunaan sistem BAS ini sudah tentu akan dapat mendukung program penggunaan energi listrik yang efisien pada bangunan gedung dengan syarat bahwa sistem kelistrikan dan semua sistem pengguna energi tadi direncanakan secara terintegrasi dan dipersiapkan dari awal untuk dikontrol oleh BAS. Pemasangan BAS setelah gedung berdiri cenderung sulit dilakukan karena harus membongkar sejumlah dinding serta perlu mengurut alur-alur listrik dan memasang kabel-kabel control melewati tempat-tempat yang sulit.


Share:

Kamis, 23 Juni 2022

Prosedur Audit Energi

Sebelum kita bicara prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan audit energi, kita perlu tahu dulu,  jenis audit energi yang bisa dilaksanakan yaitu :

1. Audit energi singkat (Walk Through Audit)

2. Audit energi Awal (Preliminary  Audit)

3. Audit energi Rinci   (Detail Audit)

Perbedaan ketiga jenis audit energi diatas adalah kedalaman kajian sistem pengguna energi gedung serta analisa dari hasil auditnya. Secara teori ketiga jenis audit tadi merupakan tahapan yang harus dilalui satu persatu tapi dalam prakteknya  audit energi yang lebih tinggi seperti audit energi detail bisa dilaksanakan langsung tanpa harus melaksanakan  audit singkat  atau audit awal terlebih dahulu.


Prosedur audit energi merupakan kumpulan Langkah-langkah yang akan dilalui, secara diagram prosedur   audit energi secara bertahap ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Pada gambar terlihat bahwa  baik audit awal maupun audit rinci bisa melewati audit singkat terlebih  dulu. Prosedur ini bisa dipakai untuk melakuakan audit energi di Industri dan bangunan komersial

 


Gambar    Bagan alur proses audit energi
 

Audit Energi Singkat (Walk Through Audit)

Audit singkat merupakan langkah audit yang paling mudah. Audit energi singkat dilakukan sebagai identifikasi awal adanya mencari peluang penghematan energi. Audit energi singkat  ini Dilakukan sekilas, paling tidak dalam satu hari kunjungan ke lokasi yang diaudit. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan audit singkat ini adalah:

Persiapan

Persiapan audit energi dilakukan agar didapatkan hasil audit yang sesuai dengan lingkup kegiatan yang telah ditetapkan, mencakup :

·        Pernyiapan dokumen terkait termasuk ceklist data

·        Pernyiapam SDM yang berpengalaman

·        Penetapan Jadwal singkat perencanaan

Pengumpulan data

·        Data historis, yaitu :

·        Luas lantai dan jumlah lantai gedung

·        Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu tahun   terakhir dan rekening pembelian bahan bakar minyak (bbm), bahan bakar gas (bbg), dan air

·        Tingkat hunian bangunan (occupancy rate) selama 1 (satu)  tahun terakhir.

·        Daya terpasang listrik

Data masukan dari pengamatan, yaitu :

Dikumpulkan berdasarkan observasi langsung dan hasil wawancara singkat dengan operator tentang hal-hal yang berkaitan dengan operasi penggunaan energi maupun kebutuhan energi keseluruhan bangunan gedung.

 

Perhitungan dan Analisis Data

Perhitungan dilakukan secara sederhana menggunakan data yang terkumpul :

·        Hitung Intensitas konsumsi energi (kWh/m2/tahun).

·        Hitung Persentase potensi penghematan energi yang bisa diperoleh

·        Hitung Biaya energi bangunan (Rp/m2)

·        Pilihan untuk audit lanjutan (preliminary atau detail)

Laporan Audit Energi

Berdasarkan pada seluruh kegiatan audit energi yang telah dilaksanakan, maka laporan audit energi disusun. Sbb:

Laporan audit energi  memuat :

·        Potret penggunaan energi,

·        Rekomendasi yang mencakup langkah konservasi energi yang bisa dilaksanakan serta   pilihan untuk melanjutkan audit yang lebih lanjut (preliminary atau detail audit)

 

Audit Energi Awal (Preliminary Audit)

Audit energi awal perlu dilakukan bila audit energi singkat/audit awal me rekomendasikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut pada seluruh bangunan gedung atau Industri. Audit energi awal bisa saja kita laksanakan secara langsung tanpa melalui audit singkat terlebih dahulu.

Kegiatan dalam audit energi awal, adalah sbb :

 

Persiapan

Persiapan audit energi dilakukan untuk mendapatkan hasil audit  energi yang sesuai dengan lingkup kegiatan yang ditetapkan, mencakup :

·        Pernyiapan dokumen terkait termasuk ceklist data

·        Pernyiapan SDM yang sesuai bidang elektrikal dan mekanikal (fisika       bangunan)

·        Pernyiapan Alat ukur untuk pengukuran sampling

·        Penetapan Jadwal rinci perencanaan

Pengumpulan data

Data historis, yaitu :

Dokumentasi bangunan yang sesuai dengan gambar pelaksanaan konstruksi     (as built

drawing), terdiri atas:

·        Tapak, denah dan potongan bangunan gedung seluruh lantai.

·        Denah instalasi pencahayaan bangunan seluruh lantai.

·        Diagram garis tunggal dengan penjelasan penggunaan daya listrik dan  besar    penyambungan daya listrik PLN serta besarnya daya listrik cadangan  dari Diesel Generating Set.

·        Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu tahun   terakhir dan r ekening pembelian bahan bakar minyak (bbm), bahan bakar gas   (bbg), dan air

·        Tingkat hunian bangunan (occupancy rate) selama 1 (satu)  tahun terakhir.

·        Data operasi peralatan pengguna energi

Pengukuran singkat :

Alat ukur yang digunakan dalam kegiatan audit awal adalah  alat yang dipasang tidak tetap (portable) dimana pengukuran  dilakukan secara sampling disejumlah titik pengguna energi yang diperkirakan besar penggunaan energinya.

   

Masukan dari pengamatan:

Dikumpulkan berdasarkan observasi langsung dan hasil wawancara dengan operator tentang hal-hal yang berkaitan dengan kinerja operasi penggunaan energi obyek yang diteliti maupun kebutuhan energi keseluruhan bangunan gedung.

Perhitungan dan Analisis Data

Perhitungan dilakukan secara sederhana menggunakan data yang terkumpul

·        Hitung Intensitas konsumsi energi (kWh/m2/tahun.

·        Simple Payback Period dan analisis finansial sederhana untk potensi           penghematan energi yang didapat

·        Hitung Biaya energi bangunan (Rp/m2)

·        Penyusunan neraca energi sederhana

·        Hitung Persentase peluang penghematan energi

·        Rekomendasikan pilihan dengan urutan prioritas langkah penghematan energi.

Diskusi

Untuk mendapatkan hasil audit yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dari pemilik gedung maka diskusi harus dilakukan minimal satu kali sebelum laporan akhir final ditetapkan.


Laporan Audit Energi

Berdasarkan pada seluruh kegiatan yang dilaksanakan, maka laporan audit energi awal  dapat disusun. Laporan audit energi awal harus memuat antara lain :

·        Potret penggunaan energi,

·        Potensi penghematan energi dan biaya pelaksanaan

·        Rekomendasi spesifik  penghematan energi dan saran tindak lanjut ke audit rinci jik diperlukan.

 

Audit Energi Rinci (Detail Audit)

Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi singkat/audit awal merekomendasikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut pada seluruh bangunan gedung atau pada obyek khusus/spesifik  industri yang dianggap memiliki potensi penghematan energi besar dan menjanjikan tingkat kelaikan cukup menarik.

 

Umumnya nilai IKE yang lebih besar dari nilai benchmark atau target yang ditentukan merupakan alasan untuk merekomendasikan kegiatan audit rinci. Tapi bisa juga audit rinci ini dilaksanakan langsung tanpa melewati tahapan audit energi singkat atau audit awal.

Kegiatan yang dilakukan dalam audit energi rinci :

 

Persiapan

Persiapan audit energi dilakukan untuk mendapatkan hasil audit yang sesuai dengan lingkup kegiatan yang ditetapkan, mencakup :

·        Pernyiapan dokumen terkait termasuk ceklist data

·        Pernyiapan SDM yang sesuai bidang elektrikal dan mekanikal (fisika bangunan)   serta arsitektur

·        Pernyiapan Alat ukur untuk pengukuran detail yang dilakukan secara periodik

·        Penetapan Jadwal rinci perencanaan

Pengumpulan data

Data historis :

·        Dokumentasi bangunan yang sesuai dengan gambar pelaksanaan konstruksi     (as built drawing), terdiri atas:

·        Denah tapak  dan gambar potongan bangunan gedung seluruh lantai.

·        Denah instalasi pencahayaan bangunan seluruh lantai.

·        Diagram garis tunggal lengkap dengan penjelasan penggunaan daya listrik dan    besarnya penyambungan daya listrik  PLN serta besarnya daya listrik  cadangan   dari Diesel Generating Set.

·        Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu tahun           terakhir dan rekening pembelian bahan bakar   minyak (bbm), bahan bakar gas   (bbg), dan air

·        Tingkat hunian bangunan (occupancy rate) selama 1 (satu)  tahun terakhir.

·        Data operasi peralatan pengguna energi

Pengukuran langsung:

Alat ukur yang digunakan dapat berupa alat ukur yang dipasang tetap (permanent) pada instalasi atau alat ukur yang dipasang tidak tetap (portable) dilakukan secara periodik.

Pengukuran langsung mencakup:

·        peralatan utama

·        paramater operasi

·        profil (jam, harian)

·        performance alat

Masukan dari pengamatan:

Berdasarkan observasi langsung, hasil wawancara mendalam dengan operator tentang kinerja operasi peralatan penggunaan energi obyek yang diteliti maupun kebutuhan energi keseluruhan.

 

    Perhitungan dan Analisis Data

Berdasarkan data seperti disebutkan diatas  pembuatan profil penggunaan energi, perhitungan neraca energi, analisis data teknis maupun finansial secara mendalam dapat dilakukan.

Analisis data energi   dapat dilakukan dengan menggunakan  program komputer yang telah diakui oleh masyarakat profesi.

·        Hitung penggunaan energi pada peralatan atau sistem yang diteliti.

·        Hitung Intensitas konsumsi energi (kWh/m2/tahun).

·        Hitung kinerja operasi aktual  peralatan (rata-rata, maksimum dan minimum)

·        Hitung Biaya energi bangunan (Rp/m2)

Analisis Data

·        Gambarkan grafik pola konsumsi energi atau energi spesifik dengan

·        parameter operasi,  jam, harian, mingguan atau bulanan

·        Lihat korelasi antara intensitas energi atau konsumsi energi dengan parameter  operasi.

·        Tentukan parameter operasi yang dominan terhadap konsumsi energi maupun  intensitas energi dari obyek yang diteliti.

·        Lihat peluang perbaikan kinerja dan efisiensi penggunaan energinya.

·        Hitung penghematan energinya jika perbaikan kinerja tersebut dilakukan.

·        Hitung biaya yang diperlukan untuk implementasi perbaikan  system yang dimaksud.

·        Lakukan analisis keuangan untuk tiap peluang penghematan energi.

·        Lakukan analisis sensitifitas penghematan energi yang menjanjikan    penghematan besar dengan tingkat kelaikan yang cukup menarik.

·        Berikan Rekomendasikan dengan urutan prioritas langkah penghematan energi.

    Apabila peluang hemat energi telah diidentifikasi, selanjutnya perlu ditindak     lanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara   membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus   dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang  direkomendasikan.

Analisis peluang hemat energi dapat juga dilakukan dengan penggunaan     program komputer yang telah direncanakan untuk kepentingan itu dan diakui  oleh masyarakat profesi.

 

Penghematan energi  harus tetap memperhatikan  kenyamanan. Analisis peluang hemat energi dilakukan dengan usaha   antara lain :

·        menurunkan penggunaan energi (mengurangi daya terpasang/terpakai dan jam operasi);

·        memperbaiki kinerja peralatan;

·        menggunakan sumber energi yang murah;

Diskusi

Agar didapatkan  hasil audit yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dari pemilik Gedung,  maka perlu diskusi dilakukan sebelum laporan akhir final ditetapkan.

 

Laporan Audit Energi

Dari semua kegiatan yang dilaksanakan maka dibuat laporan audit energi rinci disusun.

Laporan audit energi rinci harus memuat :

·        Potret penggunaan energi,

·        Kinerja operasi aktual peralatan pengguna energi untuk berbagai kondisi,

·        Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja operasi,

·        Potensi penghematan energi yang didapat serta biaya  yang diperlukan pada obyek yang diteliti,

·        Kajian teknis dan finansial penghematan energi

·        Rekomendasi spesifik dan saran tindak lanjut.

Rekomendasi

Rekomendasi yang dibuat mencakup masalah :

Pengelolaan energi yang perlu diperbaiki, implementasi konservasi energi, dan cara meningkatkan kesadaran penghematan energi.

Pemanfaatan energi, termasuk langkah-langkah :

·        peningkatan efisiensi penggunaan energi  dengan mengubah prosedur.

·        perbaikan dengan investasi kecil.

·        perbaikan dengan investasi besar.

 


Share:

Rabu, 20 Februari 2019

Manajemen Energi Nasional yang Memberi Kemakmuran

Apakah masalah yang akan dihadapi pemerintah baru Indonesia pada sektor energi dan apa yang harus dilakukan..?

Kalau kita bicara energi nasional yang terbersit pertama pastinya tentang minyak bumi. Indonesia adalah negara penghasil minyak bumi yang turunannya menjadi premium, solar pertalite pertamak untuk kendaraan darat dan avtur untuk kendaraan udara. Betapa sekian lama Indonesia dimanjakan oleh konsumsi BBM yang murah dengan subsidi yang sangat menggerus anggaran APBN tiap tahunnya.

Banyak yang tidak mau menyadari bahwa Indonesia sesugguhnya sudah jadi importir minyak, karena konsumsinya yang 1,6 juta barel per hari lebih besar dari produksinya yang hanya sekitar 700 ribu barel per hari, karena lama terbuai bahwa Indonesia kaya akan minyak dan energi lainnya. Sampai sekarang persepsi energi dengan oil minded masih mengakar kuat di pikiran kebanyakan orang Indonesia, bahkan dalam banyak kebijakan pemerintah yang terkait dengan BBM ini selalu menarik perhatian yang luas dan kontroversi serta menguras energi dan pikiran kita.

Ada masih banyak sumber energi di negeri tercinta kita ini, baik yang terbarukan maupun tidak terbarukan. Dari buku Energy outlook  BPPT data SKK Migas menunjukkan secara nasional cadangan batubara dengan konsumsi 417 juta per tahun diperkirakan akan habis dalam 68 tahun lagi, Gas alam yang sudah diproduksi sekitar 34 % dari total cadangan dan akan habis 42 tahun lagi, sementara minyak bumi yang sudah diproduksi sekitar 94 % dari total cadangan dan akan habis hanya sekitar 9 tahun lagi.

Sementara itu sumber energi terbarukan di Indoesia sangat beragam dan melimpah : energi matahari tersedia sepanjang hari dan sepanjang tahun, air melimpah hampir disemua daerah pegunungan dan perbukitan, angin cukup banyak potensinya di Indonesia Timur dan saat ini sudah ada wind plant di Sulawesi yang cukup besar kapasitasnya. Biomas sangat melimpah sebagai limbah dari kayu dan produksi hutan dan terakhir Panas Bumi adalah sumber energi terbarukan yang dimiliki Indonesia dan terbesar di dunia.

Sejauh ini manajemen energi nasional adalah mengacu pada tujuan yang ditetapkan dari Perpres No 5 tahun 2006 tentang rencana bauran energi nasional untuk 20 tahun ke depan sampai 2025. Mengacu pada Perpres no 5 tahun 2006 itu, bauran energi lima tahun lagi ditarget kan bahwa komposisi pemakaian energi nasional akan terdiri atas konsumsi gas alam 30 %, batubara 33%, minyak bumi 20% dan  terbarukan 17%.

Dari 17% konsumsi energi terbarukan itu akan terdiri atas BBN 5% Panas bumi 5%, Air matahari dan Angin 5 % dan batubara cair 2 % terlihat bahwa peran minyak bumi dalam penyediaan energi nasional masih dalam kondisi business as usual. Padahal kondisinya sudah rawan akibat produksi yang akan terus turun dan berkurangnnya cadangan yang dimiliki. Patut dipertanyakan kelangsungan suplai BBM setelah lima atau sepuluh tahun lagi jika melihat cadangannya yang diperkirakan hanya tinggal 9 tahun lagi.

Memang pemerintah dapat mengimpor kebutuhan minyak itu dari luar negeri tapi secara makro ekonomi ini akan menjadikan kondusi yang volatile karena fluktuatifnya nilai tukar rupiah terhadap dolar serta tingginya utang dalam denominasi dolar. Permasalahannya adalah apakah pemerintah mampu meningkatkan pendapatan ekspor sehingga kenaikan kebutuhan devisa untuk impor minyak yang terus meningkat dapat dicover oleh peningkatan penerimaan dolar dari ekspor. Ini tentunya merupakan pekerjaan rumah yang besar di dalam kondisi deindustrialiasi yang meluas dan rendahnya daya saing nasional dan produk expor kita.(*)



Share: