Manejemen adalah Suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang merupakan usaha-usaha para anggota organisasi agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sementara itu manajemen energi adalah kegiatan di suatu perusahaan yang terorganisir dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen, dengan tujuan agar dapat dilakukan konservasi energi, sehingga biaya energi sebagai salah satu komponen biaya produksi/operasi dapat ditekan serendah-rendahnya. Konservasi energi sendiri mengandung arti sebagai suatu usaha untuk tetap menggunakan energi secara rasional tapi tetap mempertahankan produktifitas dan terpenuhinya syarat-syarat kelola perusahaan. Penggunaan energi rasional diantaranya dengan penghematan dan efisiensi energi. Jadi harus dibedakan antara penghematan energi dengan konservasi energi. Penghemata energi bisa saja dilakukan dengan hanya mengurangi penggunaan energinya tapi kenyamanan dan produktitas menjadi turun. Sementara konservasi energi adalah penerapan kaidah-kaidah dalam pengelolaan energi tidak hanya mengurangi pemakaian energinya tapi juga menerapkan pola operasi yang efisien, pemasangan alat tambahan yang meningkatkan performa sistem sehingga pemakaian energinya lebih rendah tapi tidak mengurangi kenyamanan dan produktifitas. Jadi pada intinya konservasi energi merupakan panduan bagaimana menghemat energi dengan benar dan berisi metode-metode dan alat alat yang bisa dipakai untuk penghematan energi tanpa mengurangi produktifitas dan kenyamanan. Sementara efisiensi energi artinya perbandingan antara penggunaan energi dengan hasil produksinya. Yang dimaksud produksinya bisa kenyamanan, gerak dan lain-lain. Jadi efisiensi energi yang tinggi berarti pemakaian energinya rendah tapi produksi tinggi. Dengan demikian konsep konservasi energi lebih luas dibandingkan dengan efisiensi energi.
Saat ini International Standard Organization telah ter-update pada ISO 50001 ( tahun 2018). Standar
ISO tentang manajemen energi. System manajemen energi ini juga sesungguhnya
tidak berdiri sendiri karena merupakan penggabungan dan harmonisasi dari sistem
manajemen energi yang sudah diterapkan beberapa negara serta kawasan seperti
Uni Eropa. Status saat ini beberapa Negara seperti Denmark, Ireland,
Sweden, US, Thailand, Korea telah memiliki national energy management standards
sendiri . Sementara Uni Eropa bahkan sudah punya regional energy management
standard yang sudah dipergunakan. Berkaitan dengan hal itu maka organisasi
internasional tentang standar (ISO) dengan arahan dari the United Nations
Industrial Development Organization (UNIDO) sudah melakukan peluncuran ISO 50001 tentang
Manajemen Energi sejak tahun 2011.
Standar
manajemen energi ISO 50001 dimaksudkan untuk memberikan kerangka kerja bagi
perusahaan dalam mengintegrasikan efisiensi energi di perusahaannya ke dalam
manajemen praktis dari perusahaan. Dalam hal ini ISO berusaha menjadikan standar Manajemen Energi agar dapat :
- Memandu perusahaan dalam menggunakan
energi lebih baik
- Sebagai panduan dalam benchmarking, pengukuran,
dokumentasi, laporan intensitas energi dan manfaat implementasi proyek energi
untuk mengurangi dampak emisi rumah kaca (Green House Gas/GHG emissions)
- Membentuk komunikasi yang
terbuka antar lintas divisi dalam pengelolaan energi
- Mempromosikan kasus-kasus
sukses dalam pengelolaan energi dan mendorong perilaku pengelolaan energi
yang baik
- Memandu
perusahaan melakukan evaluasi dan implementasi teknologi baru dalam efisiensi energi.
- Menyediakan kerangka kerja
untuk mempromosikan efisiensi energi
pada seluruh jalur pemanfaatan yang ada diperusahaan
- Menfasilitasi peningkatan
pengelolaan energi kaitannya dengan GHG emission reduction projects.
Konsep manajemen energi dari
ISO ini mengadopsi siklus manajemen dari Deming Cycle (yang dipromosikan oleh Dr W. Edwards Deming di tahun 50-an). Tahapan
penting dalam siklus manajemen ini adalah Plan-Do-Check_Action (PDCA cycle)
seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar Konsep siklus
manajemen energi
Disadur Dari ANSI/IS0 50001
Terlihat
dalam siklus tersebut adanya dua lapis pelaksana yaitu lapis manajerial dan teknikal.
Pada lapis manajerial aktifitasnya lebih bersifat deskjob sementara lapis teknikal lebih banyak bersifat lapangan.
Dalam pelaksanaan manajemen energi ini organisasi pelaksanaan bukan merupakan suatu
organisasi tetap, tapi merupakan suatu task
force (gugus tugas yang terdiri dari berbagai divisi) baik keuangan, elektrikal
– mekanikal dan sipil. Karena beragamnya divisi yang terlibat di dalamnya maka
harus ada komitmen khusus dari top manajemen untuk melaksanakan manajemen energi
ini. Dengan adanya komitmen manajemen puncak maka setiap divisi akan dapat
menetapkan wakil-wakilnya dalam tim gugus tugas itu. Tim yang ditunjuk akan
bertugas melaksanakan manajemen energi disamping tugas rutinnya dalam
organisasi yang telah ada. Dapat dikatakan bahwa organisasi manajemen energi
ini merupakan organisasi yang lintas divisi karena energi dalam gedung
berkaitan dengan semua aspek, baik listrik, mekanikal, sipil dan purchasing (keuangan). Tim teknikal memiliki
tujuan meningkatkan system performance, sementara pada level manejerial tujuan akhir
siklus adalah review yang menunjukkan bahwa target awal yang telah direncanakan
telah dicapai atau dilampaui.
Ada beberapa
pendekatan dalam Manajemen Energi yang harus dilakukan apabila suatu perusahaan
akan menerapkannya pada pengelolaan energinya, namun dua unsur yang paling
penting adalah :
1) Manajemen
puncak harus secara penuh memberikan komitmen terhadap pengendalian biaya
energi.
2) Harus
dibentuk organisasi yang sesuai, untuk mengimplementasikan serta bertanggung
jawab terhadap program Manajemen Energi.
Pendekatan
secara menyeluruh dilukiskan seperti pada Gambar. 2. Gambar ini merupakan penjabaran
dari konsep ISO tentang manajemen energi yang seperti terlihat pada gambar 1,
dimana terlihat beberapa elemen yang membentuk suatu program manajemen yang
terpadu untuk satu perusahaan (gedung atau lainnya). Elemen-elemen utama akan dibicarakan
pada uraian berikut pada buku ini.
1.1.1 Komitmen
Manajemen Puncak
Keputusan
manajemen perusahaan untuk melakukan pengendalian terhadap biaya energi
merupakan langkah pertama yang penting.
Hal ini harus dinyatakan secara jelas dan harus diinformasikan serta
dimengerti oleh semua karyawan perusahaan.
Manajemen
senior harus berpartisipasi dalam rapat-rapat Komite Energi atau
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan energi. Direktur perusahaan mungkin perlu mempunyai
seorang Manajer Energi yang melapor langsung kepadanya, terutama pada awal
dimulainya program Manajemen Energi.
Seringkali
akan bermanfaat bagi perusahaan, mempublikasikan pernyataan resmi tentang
kebijaksanaan energi yang ditempuhnya.
Hal ini akan bermanfaat pula untuk menentukan kegiatan perusahaan di
bidang energi bagi para karyawan serta untuk memberikan informasi kepada
khalayak umum tentang komitmen perusahaan terhadap efisiensi energi.
Akhirnya,
bagian penting dari komitmen manejemen puncak adalah penunjukan organisasi yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan program Manajemen Energi. Pada umumnya, organisasi ini terdiri dari dua
tingkatan, yakni Manajer Energi dan Komite Energi. Adanya komitmen manajemen puncak akan
terbukti pada besar atau tidaknya dukungan yang diberikan kepada Manajer Energi
dan Komite Energi, khususnya sumber daya manusia yang diserahi kewenangan.
Komite Energi
Karena energi
menyangkut berbagai departemen/unit kegiatan perusahaan, program Manajemen
Energi yang efektif harus melibatkan sejumlah personel. Suatu Komite Energi perlu dibentuk untuk
mengkoordinasikan semua departemen tersebut, tapi tetap berusaha menghindarkan birokrasi yang tidak perlu.
Adanya
Komite Energi yang aktif akan mendatangkan keuntungan keuntungan sebagai
berikut:
- Dapat
mendorong kelancaran berkomunikasi dan tukar menukar gagasan antar berbagai
departemen yang terlibat dalam perusahaan.
- Dapat
memudahkan dicapainya persetujuan bagi proyek konservasi energi yang mempunyai
pengaruh terhadap lebih dari satu departemen .
- Dapat
menyampaikan suara yang lebih kuat untuk meyakinkan manajemen puncak dari pada
hanya disampaikan oleh seorang manajer.
Komposisi Komite
Energi akan bervariasi pada setiap perusahaan, bergantung pada struktur
manajemen yang ada, jenis dan jumlah pemakaian energi serta faktor-faktor
spesifik lainnya pada perusahaan tersebut.
Contoh tipikal susunan Komite Energi seperti terlihat pada Gambar berikut
ini.
Gambar Komite Energi
Kapan dan
seberapa sering Komite Energi harus mengadakan pertemuan ? Hal ini bergantung pada seberapa pentingnya
biaya energi terhadap struktur biaya produksi (operasi gedung) serta biaya keseluruhan pada perusahaan
tersebut dan kemajuan proyek-proyek (yang berkaitan dengan energi) yang sedang
berjalan. Pada umumnya pertemuan
diadakan sebulan sekali, sehingga Komite dapat mempelajari dan membahas jumlah
produksi dan konsumsi energi setiap bulan secara teratur. Pembahasan ini menyangkut perbandingan
antara performance sebenarnya terhadap sasaran dan anggaran yang ditentukan,
demikian pula perbandingan terhadap kondisi bulan sebelumnya. Hal-hal lain yang perlu dibahas juga adalah
status investasi di bidang konservasi energi yang sedang berjalan maupun dalam
perencanaan.
1.1.3 Manajer Energi
Dengan membentuk
suatu Komite Energi saja tidaklah cukup.
Maka diperlukan seseorang untuk melaksanakan kebijakan dan arahan-arahan
yang dibuat oleh Komite, serta menyediakan data yang dibutuhkan oleh Komite
untuk membuat keputusan. Dengan demikian penunjukan seorang Manajer Energi
merupakan tahapan penting dalam memulai suatu program Manajemen Energi yang
efektif pada setiap perusahaan.
Peranan
Manajer Energi akan bervariasi di setiap perusahaan, namun demikian biasanya
seorang Manajer Energi terkait dengan tugas-tugas sebagai berikut :
- Pengumpulan
dan analisa data yang berkaitan dengan energi secara teratur.
- Pemantauan
pembelian energi.
- Identifikasi
peluang-peluang penghematan energi.
- Pengembangan
proyek-proyek penghematan energi, termasuk evaluasi teknis dan ekonomis yang
diperlukan.
- implementasi proyek-proyek penghematan energi
- Pemeliharaan
komunikasi antar karyawan serta hubungan masyarakat.
Secara
umum, seorang Manajer Energi harus ikut serta dalam menangani masalah-masalah
yang berkaitan dengan pembelian energi, distribusi energi dan pemanfaatan
energi dalam suatu gedung atau perusahaan.
Pada
beberapa perusahaan, khususnya perusahaan yang lebih kecil, Manajer Energi
dapat melapor langsung kepada Manajer Umum atau pimpinan, sehingga tidak perlu
adanya Komite. Dengan seorang Manajer
Energi yang dapat bekerja secara efektif dengan semua departemen dan yang
berkemauan keras atau "self motivated", maka program akan dapat
berjalan dengan baik. Pada
perusahaan yang sangat kecil, dapat saja Manajer Energi dijabat oleh seorang
staf yang bekerja secara part-time.
Untuk perusahaan yang lebih besar mungkin dapat menunjuk seorang Manajer
Energi yang bekerja secara full-time dan dilengkapi dengan beberapa pembantu
atau asisten di bidang teknis, sehingga terbentuk suatu "Group Konservasi
Energi".
Bila
memungkinkan, Manajer Energi maupun group harus bebas/tidak bergantung pada
departemen-departemen utama, dan biasanya tidak perlu lapor langsung kepada
Manajer Produksi, atau Manajer Pemeliharaan. Sering kali, untuk memberikan
kebebasan dan kewenangan, Manajer Energi melapor langsung ke tingkat yang lebih
tinggi, seperti kepada Direktur Operasi.
Perlu
dipertimbangkan dengan hati-hati, keahlian dan pengalaman seorang Manajer
Energi. Kemampuan dibidang teknis
biasanya merupakan kualifikasi utama, meskipun kadang-kadang pada beberapa
kasus tidak mutlak. Pada perusahaan
yang kecil, keahlian teknis yang memadai mungkin berguna karena dalam hal ini
Manajer Energi mungkin akan sering kali melaksanakan sendiri sebagian besar
pekerjaan yang menjadi tugasnya. Pada perusahaan yang lebih besar, dimana
tenaga ahli teknik lebih banyak tersedia, Manajer Energi dapat dijabat oleh
seseorang yang mempunyai pengalaman di bidang akuntansi atau manajemen umum.
Sebaiknya
Manajer Energi ditunjuk dari dalam perusahaan sendiri, karena posisi ini
memerlukan pengetahuan praktis yang baik dari seluruh aspek-aspek pengoperasian
perusahaan, baik yang bersifat teknis maupun administratif.
Keahlian
khusus yang penting bagi seorang Manajer Energi termasuk pengetahuan di bidang
administrasi dan komunikasi. Manajer
Energi akan menggunakan banyak waktunya untuk meyakinkan rekan-rekan sekerja
dan manajer puncak untuk menentukan langkah-langkah khusus yang harus
dilakukan.
Kualifikasi
ideal untuk seorang Manajer Energi seperti diuraikan berikut ini, meskipun pada
prakteknya sangat jarang seseorang memiliki keseluruhan kualifikasi tersebut. Namun demikian Manajer Energi yang baik
harus mempunyai sebagian kemampuan/pengetahuan tersebut sebagai modal awal dan
sebagian lagi dapat dipelajari, yaitu :
- Mengenal
dengan baik (familiar) terhadap kondisi perusahaan/gedung dan peralatan-peralatan
pengguna energi yang ada.
- Kemampuan
untuk mengumpulkan dan menganalisis data serta menginterpretasikan data dalam
bentuk yang sesuai untuk disajikan kepada manajemen puncak.
- Pengetahuan
tentang peralatan-peralatan pemakai energi (misalnya boiler, heat
exchanger, steam system, pencahayan, refrigerasi dan AC) beserta faktor-faktor
yang mempengaruhi efisiensinya.
- Keahlian
engineering, menentukan ukuran dan memilih peralatan, mengawasi pemasangannya
serta menjamin pemeliharaan yang benar.
- Kemampuan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara baik dengan manajemen maupun
operator serta karyawan bagian pemeliharaan,
menjembatani antara pelaksanaan arahan manajemen dengan kebijaksanaan
perusahaan dibidang efisiensi energi.
- Kemampuan
yang baik untuk mempertimbangkan kapan diperlukannya bantuan dari luar,
misalnya konsultan atau vendor peralatan guna membantu pemecahan permasalahan
yang dihadapi.
- Memahami
dengan baik peranan energi didalam perusahaan, dalam kaitannya dengan
elemen-elemen lainnya, seperti AC, boiler dan lainnya.
- Kemampuan
berinisiatif untuk mengembangkan cara pemecahan permasalahan dengan mempelajari
permasalahan yang ditemui oleh orang lain dimana saja atau di gedung lain dan
mengadaptasikannya untuk kepentingan perusahaan sendiri.
Lebih dari
itu, seorang Manajer Energi harus selalu terbuka wawasannya untuk melihat
permasalahan dari berbagai sudut pandang yang berbeda serta mempunyai keahlian
untuk meyakinkan orang lain bahwa jika diambil langkah-langkah yang tepat, maka
penghematan dapat dicapai dan sangat berarti serta bermanfaat.
1.1.4 Intensitas Konsumsi Energi (Indeks Konsumsi
Energi /IKE)
Untuk menilai
tingkat hemat energi suatu gedung diperlukan suatu acuan yang bisa dipakai oleh
pelaksana efisiensi energi di suatu gedung. Acuan ini bukan bersifat standar
karena tingkat hemat suatu gedung akan berbeda untuk wilayah yang berbeda
tergantung kondisi lingkungan dan aturan yang berlaku. Karena itu acuan yang
dipegang bersifat dinamis yang bisa berubah sesuai dengan perubahan waktu dan
perkembangan teknologi. Perubahan ini bisa terjadi sebagai contoh misalnya pada
saat belum ditemukan lampu hemat energi, acuan tingkat hemat untuk lampu lebih
besar dibandingkan setelah ditemukannya lampu hemat energi. Oleh karena itu
intensitas konsumsi energi yang disebut juga
Indek konsumsi Energi (IKE) yang
akan dipakai adalah yang berlaku untuk Indonesia untuk kondisi waktu saat ini.
Tabel 1.4 Perbandingan
Intensitas Konsumsi Energi Gedung Indonesia
No |
Jenis Gedung |
Intensitas Konsumsi
Energi/IKE kwh/m2/tahun |
1 |
Rumah sakit |
240 |
2 |
Pusat perbelanjaan |
270 |
3 |
Hotel |
260 |
4 |
Perkantoran Swasta |
180 |
5 |
Perkantoran Pemerintah (AC) |
165 |
6 |
Perkantoran Pemerintah (non
AC) |
65 |
Sumber kementrian ESDM, Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia
Saat ini
Indeks Konsumsi Energi (IKE) yang dipakai untuk bangunan gedung berdasarkan
acuan dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi yaitu dengan gambaran sebagaimana tabel diatas.
Besaran
pada tabel diatas merupakan angka rata-rata IKE di gedung Indonesia. IKE
dihitung dari perbandingan konsumsi energi total gedung terhadap total luas
gedung. Jika nilai IKE suatu gedung lebih besar dari rata-rata diatas maka
gedung dapat dikategorikan tidak hemat sebaliknya jika lebih rendah maka masuk
kategori hemat. Jika gedung dapat dikategorikan tidak hemat maka kegiatan
efisiensi energi harus dilakukan pada gedung tersebut.
0 comments:
Posting Komentar