Ahli Energi - Membahas manajemen energi, Sumber energi terbarukan dan tak terbarukan , pemanfaatan energi , Pembangkit listrik tenaga surya dan isu-isu terbaru energi

MANAJEMEN ENERGI - AUDIT ENERGI - SUMBER-SUMBER ENERGI - ENERGI TERBARUKAN - ISU TERBARU ENERGI

Jumat, 05 Desember 2008

CONTOH AUDIT ENERGI GEDUNG



CONTOH AUDIT ENERGI GEDUNG

Audit energi dilakukan pada sebuah kompek perkantoran,  Sumber listrik di peroleh dari PLN dengan kapasitas daya tersambung di gardu utama sebesar  1,1 MVA dipakai untuk melayani seluruh gedung  di komplek.

Sumber listrik untuk Gardu utama diperoleh dari tegangan menengah 20 kV, dan didistribusikan ke  gedung-gedung melalui 6 buah gardu yaitu, gardu A, C, D, E, F dan G, dengan distribusi sistem ring melalui tegangan menengah 20 kV.  Dari gardu-gardu tersebut sumber listrik disalurkan ke gedung-gedung melalui transformator penurun tegangan dari 20 kV ke sistem tegangan rendah 220/380 volt.

Beban penguna tenaga listrik yang terpasang di gedung-gedung sebagaian besar terdiri dari lampu penerangan, AC, dan peralatan kantor seperti komputer, printer, mesin photocopy, dispenser, TV dan lain-lain. Sebagai sumber listrik cadangan menggunakan Genset.

Pada umumnya gedung-gedung didesain untuk memanfaatkan sumber energi alam.  Hal ini terlihat dari luasan jendela yang hampir 30-40% dari luas dinding, sehingga untuk sistem penerangan pada siang hari pencahayaan cukup diperoleh dari cahaya sinar matahari, sedangkan pencahayaan buatan sebagian besar menggunakan lampu TL 2 x 36 W.   

Gedung memiliki selubung bangunan jendela kaca dan dinding dari plaster. Beberapa lantai dalam ruangan memiliki peneduh dalam (venetian blind), dan jendela kaca pada dinding posisinya agak menjorok ke dalam.  Tinggi lantai ke langit-langit adalah 3,5 m.

PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan untuk masing-masing gedung meliputi data desain dan operasi peralatan seperti kapasitas daya terpasang listrik, data teknis untuk perlengkapan pompa dan peralatan kantor, serta data operasi 12 bulan terakhir.  Selain itu, juga diteliti kondisi atau parameter-parameter khusus seperti suhu, kelembaban ruangan, dan kuat penerangan.  Pengumpulan data ini dilakukan baik dengan cara interview, pengisian kuesioner, studi literatur, dan pengamatan langsung. Secara garis besar distribusi penggunaan energi Gedung seperti terlihat di gambar.

 


Gambar Distribusi penggunaan Energi Gedung

 Kuisioner

Pengisian kuisioner dilakukan dengan counterpart yang telah ditunjuk, disusun untuk mendapatkan data teknis yang akurat dan seragam baik mengenai data desain, jumlah peralatan pengguna energi, jenis peralatan, data bangunan, data operasi peralatan maupun data penunjang lain.

Data dari kuisioner ini selanjutnya dipergunakan untuk analisa peralatan dan sebagai bahan cross check terhadap data hasil pengukuran langsung.

 Pengukuran  Besaran  Listrik

Pengukuran besaran listrik dilakukan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi listrik dan mendapatkan pola pemakaian listrik, baik pola pemakaian listrik total maupun untuk peralatan utama.  Pengukuran mencakup hari kerja dan hari libur dengan selang waktu 30 menit.  Pengukuran besaran listrik meliputi KW, KVA dan cos phi.

Pengukuran secara langsung dengan menggunkana elektronik power meter dilakukan di dua lokasi , yaitu: yaitu di Main Panel Gedung, dan Gardu D. Pengukuran dilakukan dengan power meter ABB yang mengukur besaran kW, kwh, kVA, dan cos phi.

Selain pengukuran dengan power meter ABB juga dilakukan load survey pada gardu-gardu yang ada dan peralatan-peralatan pengguna energi listrik seperti AC.

Berikut ini gambar profile energi listrik gedung hasil pengukuran.

 

 


Gambar Profile Penggunaan Energi Listrik Dari Gedung

 

Pengukuran  Lux,  Suhu  dan  Kelembaban

Pengukuran tingkat penerangan (lux), suhu (oC)  dan kelembaban (Rh) dilakukan untuk melihat tingkat kenyamanan gedung yang diaudit.  Pengukuran ini juga untuk melihat apakah sistem penerangan dan pengkondisian udara berada di atas atau di bawah standar yang ditentukan.  Pengukuran tingkat penerangan dilakukan dengan menggunakan lux-meter sedangkan temperatur dan kelembaban dilakukan dengan menggunakan sling-meter.

Pelaksanaan pengukuran dilakukan pada setiap lantai dan ruangan dengan didampingi oleh counterpart dari pihak gedung.  Pengukuran ini dilakukan setelah pemasangan peralatan elektronik-meter, dengan terlebih dahulu mempelajari gambar yang diperoleh untuk memudahkan pelaksanaan pengukuran.

  Tabel  Data Kondisi Udara Dalam Ruangan


Intensitas daya penerangan

Sistem penerangan perkantoran gedung  dirancang untuk menggunakan sistem penerangan buatan, dengan penerangan utama menggunakan lampu TL.  Intensitas daya penerangan rata-rata yaitu mencapai 10,1 W/m2, hal ini berada dibawah batas maksimum yang ditentukan oleh standar SNI yaitu 15 W/m2.

Intensitas daya penerangan di gedung terlihat di tabel di bawah

Tabel Intensitas Penerangan gedung

 

Intensitas daya AC pada ruangan yang dikondisikan di Gedung terlihat pada tabel di bawah.

Tabel   Intensitas Daya AC Gedung Utama

 


Intensitas ini masih diatas intensitas kenyamanan berdasarkan benchmark gdeung di Jakarta  yaitu 50 W/m2

 4.3    Intensitas Energi

Intensitas energi merupakan perbandingan antara konsumsi energi listrik selama setahun dengan luas lantai yang dihuni selama satu tahun tersebut. Dari pengamatan yang dilakukan konsumsi energi listrik total untuk gedung utama mencapai 16.679 KWh/bulan, atau mencapai 200.147 KWh/tahun. Dengan luas yang terpakai/ditempati efektif mencapai 3775 m2, maka intensitas energi gedung utama adalah:

=  200.147/3.775

=  53 KWh/m2.Tahun

Dari standar intesitas energi yang dikeluarkan oleh ASEAN-USAID dimana intensitas standar untuk suatu gedung perkantoran adalah 160 kWh/m2.th, maka intensitas energi Gedung utama masih jauh lebih rendah dari standar tersebut. Rendahnya intensitas gedung ini dapat dilihat dari tingkat penyalaan penerangan yang hanya sekitar 60% , juga juga disebabkan rendahnya sistem pendinginan dimana luas lantai yang dikondisikan kira-kira hanya 34% dari luas gedung efektif.

Tingkat Kenyamanan Penerangan

Tingkat kenyamanan penerangan di gedung  pada umumnya telah mencukupi.  Tingkat kuat penerangan cukup bervariasi.  Bervariasinya tingkat penerangan ini sangat tergantung dari lokasi dekat tidaknya dari jendela, warna peralatan di sekitarnya dan lampu yang dihidupkan.

Tingkat penerangan yang jauh dari jendela atau yang mengandalkan penerangan alami rata-rata tingkat penerangannya mencapai 200-380 lux.  Pada tempat yang dekat jendela tingkat penerangan cukup tinggi yaitu mencapai 400 hingga 1000 lux, hal ini juga menunjukan bahwa pemanfaatan cahaya alami siang hari telah dimanfaatkan dengan baik.

Pada daerah tertentu, kuat penerangan masih rendah yaitu 70 sampai 170 lux, seperti di tempat-tempat tertentu di ruang monitor, ruang humas, ruang kepala kepegawaian hal ini menunjukan tingkat penerangan tersebut masih dibawah standar, yaitu 350 lux.

Dari intensitas daya penerangan terpasang sebenarnya telah mencukupi bahkan melebihi tingkat daya maksimum yang diijinkan, yaitu mencapai 16 W/m2, dari daya tersebut semestinya tingkat penerangannya mencapai 300 sampai 350 lux, akan tetapi pada praktiknya tingkat penyalaan lampu hanya sekitar 40% dari daya terpasang, dan upaya ini sebagai tindakan yang baik serbagai salah satu langkah penghematan energi listrik.

Tingkat Kenyamanan Temperatur dan Kelembaban

Temperatur pada ruang yang dikondisikan berkisar antara 24,5 sampai 30 oC, pada beberapa ruangan yang dikondisikan seperti di ruang Ka. Kepegawaian dan ruang yang memakai AC Split suhunya melebihi 27oC, biasanya hal ini disebabkan banyaknya infiltrasi di ruang tersebut.  Secara umum seting temperatur AC di set pada kondisi minimum, tetapi karena udara luar yang cukup panas (yaitu ± 33-35 oC) dan banyaknya infiltrasi menyebabkan suhu udara yang dicapai berkisar antara 26-29 oC, sehingga pada beberapa ruangan kenyamanan tidak tercapai, dimana standar kenyamanan suhu kering berdasarkan SNI yaitu 25 ± 2 oC, walaupun begitu pada beberapa ruangan kenyamanan dapat tercapai.

Pada ruang yang tidak dikondisikan biasanya digunakan fan dan mengandalkan sirkulasi udara alami dengan membuka jendela, hal ini juga membantu penerangan terutama untuk tempat yang dekat dengan jendela.

Kelembaban udara pada ruangan ber AC di Gedung utama antara
60 sampai 69%, hanya beberapa ruangan yang mempunyai kelembaban tinggi yaitu di Ruang Rapat Besar mencapai 85%.  Pada ruangan untuk kerja (kantor) rata-rata memiliki kelembaban udara relatif yang baik, yaitu  60 - 70%, dimana nilai ini masih memenuhi standar perancangan kelembaban udara (Rh) berdasarkan SNI, yaitu (60
± 10) oC

 

 

 

 

 

 


Share:

1 comments:

Akhbar Sanusi mengatakan...

Beberapa prosedur operasional yang dapat dengan mudah dilaksanakan antara lain: mewajibkan kepada para pemakai gedung untuk selalu mematikan lampu atau AC jika sedang tidak ada orang, mematikan lampu yang dekat jendela kaca pada siang hari, tidak menyalakan pompa pada jam 18-23 karena harga listrik lebih mahal, selalu menutup pintu dan jendela yang memisahkan ruang berAC dengan yang tidak, selalu memeriksa lampu jalan dan lampu taman yang sering lupa untuk dimatikan pada siang hari. Prosedur operasional yang tampaknya sederhana ini ternyata dalam pelaksanaannya tidaklah semudah seperti yang dikatakan. Diperlukan petunjuk, teguran, pengawasan yang terus menerus dan melibatkan banyak orang, sampai menjadi suatu kebiasaan atau budaya hemat listrik Cara Beli Token Listrik di DANA