CONTOH
AUDIT ENERGI GEDUNG
Audit energi dilakukan pada sebuah kompek perkantoran, Sumber listrik di peroleh dari PLN dengan
kapasitas daya tersambung di gardu utama sebesar 1,1 MVA dipakai untuk melayani seluruh gedung
di komplek.
Sumber listrik untuk Gardu utama diperoleh dari tegangan
menengah 20 kV, dan didistribusikan ke gedung-gedung melalui 6 buah gardu yaitu,
gardu A, C, D, E, F dan G, dengan distribusi sistem ring melalui tegangan
menengah 20 kV. Dari gardu-gardu
tersebut sumber listrik disalurkan ke gedung-gedung melalui transformator
penurun tegangan dari 20 kV ke sistem tegangan rendah 220/380 volt.
Beban penguna tenaga listrik yang terpasang di
gedung-gedung sebagaian besar terdiri dari lampu penerangan, AC, dan peralatan
kantor seperti komputer, printer, mesin photocopy, dispenser, TV dan lain-lain.
Sebagai sumber listrik cadangan menggunakan Genset.
Pada umumnya gedung-gedung didesain untuk memanfaatkan
sumber energi alam. Hal ini terlihat
dari luasan jendela yang hampir 30-40% dari luas dinding, sehingga untuk sistem
penerangan pada siang hari pencahayaan cukup diperoleh dari cahaya sinar
matahari, sedangkan pencahayaan buatan sebagian besar menggunakan lampu TL 2 x
36 W.
Gedung memiliki selubung bangunan jendela kaca dan dinding
dari plaster. Beberapa lantai dalam ruangan memiliki peneduh dalam (venetian
blind), dan jendela kaca pada dinding posisinya agak menjorok ke dalam. Tinggi lantai ke langit-langit adalah 3,5 m.
PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan
untuk masing-masing gedung meliputi data desain dan operasi peralatan seperti
kapasitas daya terpasang listrik, data teknis untuk perlengkapan pompa dan
peralatan kantor, serta data operasi 12 bulan terakhir. Selain itu, juga diteliti kondisi atau
parameter-parameter khusus seperti suhu, kelembaban ruangan, dan kuat
penerangan. Pengumpulan data ini
dilakukan baik dengan cara interview, pengisian kuesioner, studi literatur, dan
pengamatan langsung. Secara garis besar distribusi penggunaan energi Gedung seperti
terlihat di gambar.
Gambar Distribusi
penggunaan Energi Gedung
Pengisian kuisioner dilakukan dengan counterpart yang telah
ditunjuk, disusun untuk mendapatkan data teknis yang akurat dan seragam baik
mengenai data desain, jumlah peralatan pengguna energi, jenis peralatan, data
bangunan, data operasi peralatan maupun data penunjang lain.
Data dari kuisioner ini selanjutnya dipergunakan untuk
analisa peralatan dan sebagai bahan cross
check terhadap data hasil pengukuran langsung.
Pengukuran
besaran listrik dilakukan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi listrik
dan mendapatkan pola pemakaian listrik, baik pola pemakaian listrik total
maupun untuk peralatan utama. Pengukuran
mencakup hari kerja dan hari libur dengan selang waktu 30 menit. Pengukuran
besaran listrik meliputi KW, KVA dan cos phi.
Pengukuran
secara langsung dengan menggunkana elektronik power meter dilakukan di dua
lokasi , yaitu: yaitu di Main Panel Gedung, dan Gardu D. Pengukuran dilakukan
dengan power meter ABB yang mengukur besaran kW, kwh, kVA, dan cos phi.
Selain
pengukuran dengan power meter ABB juga dilakukan load survey pada gardu-gardu
yang ada dan peralatan-peralatan pengguna energi listrik seperti AC.
Berikut
ini gambar profile energi listrik gedung hasil pengukuran.
Gambar Profile Penggunaan Energi Listrik
Dari Gedung
Pengukuran Lux,
Suhu dan Kelembaban
Pengukuran
tingkat penerangan (lux), suhu (oC) dan kelembaban (Rh) dilakukan untuk melihat
tingkat kenyamanan gedung yang diaudit.
Pengukuran ini juga untuk melihat apakah sistem penerangan dan
pengkondisian udara berada di atas atau di bawah standar yang ditentukan. Pengukuran tingkat penerangan dilakukan
dengan menggunakan lux-meter sedangkan temperatur dan kelembaban dilakukan
dengan menggunakan sling-meter.
Pelaksanaan
pengukuran dilakukan pada setiap lantai dan ruangan dengan didampingi oleh
counterpart dari pihak gedung.
Pengukuran ini dilakukan setelah pemasangan peralatan elektronik-meter,
dengan terlebih dahulu mempelajari gambar yang diperoleh untuk memudahkan
pelaksanaan pengukuran.
Sistem
penerangan perkantoran gedung dirancang
untuk menggunakan sistem penerangan buatan, dengan penerangan utama menggunakan
lampu TL. Intensitas daya penerangan
rata-rata yaitu mencapai 10,1 W/m2, hal ini berada dibawah batas
maksimum yang ditentukan oleh standar SNI yaitu 15 W/m2.
Intensitas daya penerangan di
gedung terlihat di tabel di bawah
Tabel Intensitas Penerangan gedung
Intensitas
daya AC pada ruangan yang dikondisikan di Gedung terlihat pada tabel di bawah.
Tabel Intensitas Daya AC Gedung Utama
Intensitas
ini masih diatas intensitas kenyamanan berdasarkan benchmark gdeung di Jakarta yaitu 50 W/m2
Intensitas energi merupakan perbandingan
antara konsumsi energi listrik selama setahun dengan luas lantai yang dihuni
selama satu tahun tersebut. Dari pengamatan yang dilakukan konsumsi energi
listrik total untuk gedung utama mencapai 16.679 KWh/bulan, atau mencapai
200.147 KWh/tahun. Dengan luas yang terpakai/ditempati efektif mencapai 3775
m2, maka intensitas energi gedung utama adalah:
=
200.147/3.775
=
53 KWh/m2.Tahun
Dari standar intesitas energi yang
dikeluarkan oleh ASEAN-USAID dimana intensitas standar untuk suatu gedung
perkantoran adalah 160 kWh/m2.th, maka intensitas energi Gedung utama masih
jauh lebih rendah dari standar tersebut. Rendahnya intensitas gedung ini dapat
dilihat dari tingkat penyalaan penerangan yang hanya sekitar 60% , juga juga
disebabkan rendahnya sistem pendinginan dimana luas lantai yang dikondisikan kira-kira
hanya 34% dari luas gedung efektif.
Tingkat Kenyamanan Penerangan
Tingkat
kenyamanan penerangan di gedung pada
umumnya telah mencukupi. Tingkat kuat
penerangan cukup bervariasi.
Bervariasinya tingkat penerangan ini sangat tergantung dari lokasi dekat
tidaknya dari jendela, warna peralatan di sekitarnya dan lampu yang dihidupkan.
Tingkat
penerangan yang jauh dari jendela atau yang mengandalkan penerangan alami
rata-rata tingkat penerangannya mencapai 200-380 lux. Pada tempat yang dekat jendela tingkat
penerangan cukup tinggi yaitu mencapai 400 hingga 1000 lux, hal ini juga
menunjukan bahwa pemanfaatan cahaya alami siang hari telah dimanfaatkan dengan
baik.
Pada
daerah tertentu, kuat penerangan masih rendah yaitu 70 sampai 170 lux, seperti
di tempat-tempat tertentu di ruang monitor, ruang humas, ruang kepala
kepegawaian hal ini menunjukan tingkat penerangan tersebut masih dibawah
standar, yaitu 350 lux.
Dari
intensitas daya penerangan terpasang sebenarnya telah mencukupi bahkan melebihi
tingkat daya maksimum yang diijinkan, yaitu mencapai 16 W/m2, dari
daya tersebut semestinya tingkat penerangannya mencapai 300 sampai 350 lux,
akan tetapi pada praktiknya tingkat penyalaan lampu hanya sekitar 40% dari daya
terpasang, dan upaya ini sebagai tindakan yang baik serbagai salah satu langkah
penghematan energi listrik.
Tingkat Kenyamanan Temperatur dan Kelembaban
Temperatur
pada ruang yang dikondisikan berkisar antara 24,5 sampai 30 oC, pada
beberapa ruangan yang dikondisikan seperti di ruang Ka. Kepegawaian dan ruang
yang memakai AC Split suhunya melebihi 27oC, biasanya hal ini
disebabkan banyaknya infiltrasi di ruang tersebut. Secara umum seting temperatur AC di set pada
kondisi minimum, tetapi karena udara luar yang cukup panas (yaitu ± 33-35 oC)
dan banyaknya infiltrasi menyebabkan suhu udara yang dicapai berkisar antara
26-29 oC, sehingga pada beberapa ruangan kenyamanan tidak tercapai,
dimana standar kenyamanan suhu kering berdasarkan SNI yaitu 25 ± 2 oC,
walaupun begitu pada beberapa ruangan kenyamanan dapat tercapai.
Pada ruang yang tidak dikondisikan biasanya
digunakan fan dan mengandalkan sirkulasi udara alami dengan membuka jendela,
hal ini juga membantu penerangan terutama untuk tempat yang dekat dengan
jendela.
Kelembaban udara pada ruangan ber AC di Gedung utama antara
60 sampai 69%, hanya beberapa ruangan yang mempunyai kelembaban tinggi yaitu di
Ruang Rapat Besar mencapai 85%. Pada
ruangan untuk kerja (kantor) rata-rata memiliki kelembaban udara relatif yang
baik, yaitu 60 - 70%, dimana nilai ini
masih memenuhi standar perancangan kelembaban udara (Rh) berdasarkan SNI, yaitu
(60 ± 10) oC
1 comments:
Beberapa prosedur operasional yang dapat dengan mudah dilaksanakan antara lain: mewajibkan kepada para pemakai gedung untuk selalu mematikan lampu atau AC jika sedang tidak ada orang, mematikan lampu yang dekat jendela kaca pada siang hari, tidak menyalakan pompa pada jam 18-23 karena harga listrik lebih mahal, selalu menutup pintu dan jendela yang memisahkan ruang berAC dengan yang tidak, selalu memeriksa lampu jalan dan lampu taman yang sering lupa untuk dimatikan pada siang hari. Prosedur operasional yang tampaknya sederhana ini ternyata dalam pelaksanaannya tidaklah semudah seperti yang dikatakan. Diperlukan petunjuk, teguran, pengawasan yang terus menerus dan melibatkan banyak orang, sampai menjadi suatu kebiasaan atau budaya hemat listrik Cara Beli Token Listrik di DANA
Posting Komentar