Seperti halnya
manajemen keuangan, untuk menelusuri penggunaan keuangan dan mengontrol
penggunaannya yang tepat, maka digunakan audit keuangan sebagai alatnya. Dengan
audit keuangan akan dapat diketahui penggunaan keuangan yang tidak tepat dan
tidak benar sehingga pemborosan bisa ditekan dan bisa mengkondisikan pengelola
keuangan untuk menyusun manajemen keuangan yang baik.
Demikian juga pada
manajemen energi, untuk mengetahui dan
menelusuri aliran penggunaan energi digunakan audit energi sebagai alatnya.
Dengan audit energi ini akan diketahui kebocoran-kebocoran penggunaan energi di
gedung sehingga dapat ditentukan langkah-langkah yang tepat untuk menekan
kebocoran–kebocoran tersebut dan pengelolaan energinya menjadi baik.
Pada bangunan gedung,
sistem pengguna energi dapat dikelompokkan pada empat pengguna energi terbesar
yaitu : Sistem AC, Sistem pencahayaan, sistem transportasi gedung dan peralatan kantor plus lainnya. Dari hasil
survei sejumlah pihak (sumber Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi) persentasi
penggunaan energi peralatan gedung komersial rata-rata adalah seperti terlihat pada gambar di bawah
ini ;
Gambar Persentase penggunana energi di gedung
Sumber : kemetrian ESDM
Dari gambar terlihat
bahwa sistem AC menggunakan energi terbesar sekitar 60 % dari energi gedung dan
diikuti oleh pencahayaan sekitar 20 %. Apakah implikasinya? Implikasinya adalah
bahwa fokus kegiatan konservasi energi ini harus diarahkan terutama ke sistem
AC dan kemudian pencahayaannya karena penghematan dikedua sistem ini akan
memberikan hasil yang signifikan dalam program penghematan gedung.
Ada perbedaan hasil
yang signifikan dalam melaksanakan konservasi energi di bangunan sebelum dan
sesudah pembangunan gedung tersebut. Pembangunan suatu gedung komersial yang
direncanakan secara matang untuk memenuhi kaidah-kaidah konservasi energi akan
memberikan banyak keuntungan dan manfaat bagi pemilik dan pemakai gedung
tersebut. Dengan perencanaan awal yang matang dan menyeluruh serta memenuhi kaidah-kaidah
hemat energi tanpa mengorbankan kenyamanan pemakaian gedung seperti kenyamanan
termal dan visual maka pemakaian energi gedung akan lebih rendah dibandingkan
dengan tanpa perencanaan konservasi energi. Dengan rendahnya pemakaian energi
gedung akan memberikan manfaat untuk pemilik gedung karena dapat menggunakan
bangunan secara terus menerus karena biaya operasionalnya yang lebih rendah.
Biaya operasional yang rendah untuk gedung komersial selanjutnya akan membuat
harga sewa gedung menjadi lebih rendah sehingga mendorong para penyewa tetap
bertahan di bangunan tersebut.
Dari berbagai
kegiatan audit yang telah dilakukan ditemukan bahwa banyak sistem AC gedung terpasang
oversize dari yang dibutuhkan dan bisa sampai dua kali lipat dari kebutuhannya.
Ini mengandung arti dalam perencanaan awalnya tidak memasukkan aspek konservasi
energi sehingga konsumsi energi listrik dari sistem AC sangat tinggi dan
mempengaruhi biaya operasional gedungnya, sementara itu modifikasi sistem AC
existing tidaklah merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, jadi gedung akan
cenderung terus dengan kondisi operasional penggunaan listrik yang tinggi
sebagai akibat perencanaan awal yang tidak melibatkan aspek konservasi energi.
Konservasi energi adalah salah satu bentuk pengelolaan
energi yang benar dan efisien yang
sebaiknya dimasukkan sebagai salah satu aspek dalam perencanaan pembangunan
gedung. Namun walaupun begitu Konservasi energi masih tetap bisa dilakukan setelah
gedung dibangun. Alat utama untuk kegiatan
konservasi energi pada bangunan gedung
yang telah berdiri adalah audit energi.
Selain itu dengan adanya audit energi pelaksanaan
efisiensi energi dapat dilaksanakan selama operasional gedung sehingga gedung
yang melaksanakan efisiensi energi disemua aspek operasional gedung akan
mendapatkan nilai tambah dari biaya operasi gedung yang murah sehingga nilai
jual dan sewa gedung menjadi tinggi.
Kapan Audit energi diperlukan
Audit energi
adalah kegiatan untuk mengetahui pola pemakaian energi dari peralatan pengguna
energi yang ada di gedung. Pola pemakaian energi ini diamati pada
peralatan-peralatan utama pengguna energi seperti AC, lift, Pencahayaan, boiler
dan motor-motor. Dengan didapatkannya pola pemakaian energi maka
langkah-langkah untuk melakukan efisiensi dan pengelolaan energi di gedung menjadi
lebih terarah. Untuk menetapkan tingkat
efisiensi peralatan penggguna energi yang ada di gedung dilakukan perbandingan
hasil pengamatan dan pengukuran dengan acuan standar yang berlaku seperti SNI
dan lainnya.
Audit energi : ” Kegiatan untuk mengidentifikasi
dimana dan berapa energi yang digunakan serta berapa potensi penghematan yang
mungkin diperoleh dalam upaya mengoptimalkan penggunaan energi pada fasilitas
unit/sistem gedung”.
Tujuan
audit energi : ” Adalah untuk menentukan cara
yang terbaik untuk mengurangi penggunaan energi per satuan output dan
mengurangi biaya operasi gedung ”
Suatu
kegiatan audit energi adalah merupakan alat untuk mendukung program konservasi
energi disuatu fasilitas pengguna energi. istilah konservasi energi ini harus
dibedakan dengan penghematan energi. Konsep yang berlaku dari konservasi energi
ini adalah suatu kegiatan untuk mendukung pemakaian energi yang tepat dan
efisien pada suatu fasilitas pengguna energi tanpa mengurangi produktifitas
atau kenyamanannya. Untuk mencapai ini diperlukan batasan-batasan standar yang
harus ditaati. Dengan adanya batasan ini maka penghematan energi tidak akan
dilakukan secara semena-mena sehingga merugikan pengguna, sebagai contoh ada
persepsi yang salah menghemat energi lampu pada ruangan kantor adalah dengan
mematikan begitu saja sejumlah lampu pada ruangan itu, sehingga mengakibatkan
sulitnya kegiatan membaca dan aktifitas lainnya. Yang benar mematikan lampu
pada ruangan kantor dibatasi oleh tingkat terang minimal (lux) yang harus
dipenuhi agar sesuai dengan peruntukkannya. Sebagai contoh dalam ruangan
tingkat minimal tingkat terang adalah 350 lux, kemudian setelah
diukur dengan alat ukur pencahayaan tingkat terangnya menunjukkan 400 lux, maka
pada ruangan tersebut dapat dilakukan
pemadaman sejumlah lampu sehingga rata-rata tingkat terangnya turun menjadi 350 lux.
Uraian
diatas akan mengarah kepada pertanyaan kapan suatu fasilitas pengguna energi (gedung atau lainnya) perlu melakukan
audit energi.
Sesungguhnya kita
tidak secara mudah bisa mengatakan suatu fasilitas pengguna energi itu boros
dalam penggunaan energinya, yang paling mungkin kita menduga bahwa suatu fasilitas
pengguna energi berindikasi boros energinya. Tapi sebaiknya suatu fasilitas pengguna energi baik gedung
ataupun lainnya perlu diaudit penggunaan energinya ada ataupun tidak indikasi
penggunaan energi yang boros.
Gambar
berikut memperlihatkan Skema kerja audit energi disuatu fasilitas pengguna
energi.
Gambar memperlihatkan bahwa sesungguhnya audit energi itu merupakan suatu bagian
dari siklus kegiatan konservasi energi yang dilakukan pada suatu fasilitas
pengguna energi untuk tetap menjaga penggunaan energinya yang efisien
Dalam
gambar terlihat bahwa audit energi dimaksudkan untuk mendapatkan
peluang-peluang penghematan energi dari suatu fasilitas pengguna energi.
Sehingga bisa dibuat sejumlah rekomendasi-rekomendasi program konservasi
energi. Rekomendasi-rekomendasi ini dari sisi pembiayaannya dapat dipilah pada
tiga kategori yaitu No/low cost, medium cost, dan high cost. Kategori ini
relatif sifatnya untuk masing-masing gedung karena tergantung aset serta modal
yang dimiliki oleh pemilik gedung. Rekomendasi yang bersifat medium dan high
cost masih memerlukan adanya studi kelayakan agar dapat diimplementasikan sehingga
memberikan penghematan energi yang nyata.
Hasil
implementasi rekomendasi konservasi energi baik yang low cost, Medium
cost ataupun yang high cost selanjutnya dimonitoring selama periode tertentu
dan dikaji keberhasilannya dibandingkan dengan kondisi sebelum pelaksanaan
implementasi konservasi energi.
Kegiatan
konservasi energi akan diulangi pada periode berikutnya yang akan ditentukan
oleh pemilik fasilitas dan semuanya itu akan dimulai lagi dengan audit energi. Periode
siklus kegiatan konervasi energi ditetapkan oleh masing-masing pemilik
fasilitas, minimal dalam satu tahun siklus konservasi energi ini diulangi.
Berikut
adalah Langkah-langkah kegiatan audit energi yang dilakukan di gedung, yaitu:
- Melakukan
pengukuran pada sistem kelistrikan dengan mengamati, kualitas kelistrikan
a.l. : faktor daya, daya listrik, energi, harmonik dll.
- Melakukan
pengukuran pada sistem Pengkondisi udara gedung mencakup : pemakaian daya
dan energi listriknya, pola pemakaian sistem AC, tingkat kenyamanan serta diamati juga
kondisi disainnya.
- Melakukan pengukuran dan pengamatan pada sistem
pencahayaan gedung, kegiatan ini mencakup : pengamatan kondisi tingkat
terang, daya terpasang pencahayaan serta pemakaian sistem pencahayaan yang
hemat energi
- Melakukan
Pengamatan pada selubung bangunan gedung, kegiatan ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan selubung gedung dalam menghambat laju aliran panas
dari luar gedung.
- Melakukan
pengukuran dan pengamatan pada peralatan lainnya pendukung aktifitas
gedung seperti : lift, escalator, boiler, STP, pompa dll.
Langkah-langkah
audit energi ini selanjutnya akan diikuti analis dan evaluasi kondisi real
untuk membuat rekomendasi konservasi energi yang akan diimplementasikan untuk
mendapatkan penghematan energi yang nyata.
Seperti juga halnya audit keuangan, audit energi
merupakan suatu penelusuran atas sumber daya energi dari mulai masuknya sampai
ke pengguna akhir untuk mencari kebocoran kebocoran serta membuat rekomendasi
yang akan memperbaiki sistem pemanfaatan energi dari suatu fasilitas (gedung
atau pabrik). Dapat dikatakan audit energi ini dilakukan hanya untuk gedung
yang sudah berdiri (existing) bukan untuk gedung yang baru dalam rencana. Namun
demikian kaidah-kaidah dan batasan-batasan konservasi energi dalam audit energi
bisa dipakai untuk perencanaan awal gedung yang akan dibangun.
kegiatan audit energi pada bangunan gedung harus melihat aspek-aspek
yang terkait dengan gedung yaitu :
·
Sistem kelistrikan Pada Bangunan Gedung
·
Sistem
Tata Udara Pada Bangunan Gedung
·
Sistem Tata Cahaya Pada Bangunan Gedung
·
Sistem
Selubung Bangunan Gedung Pada Bangunan Gedung
·
Sistem Pompa dan Perpompaan Pada Bangunan
Gedung
·
Sistem Peralatan lain (lift escalator dan boiler) Pada
Bangunan Gedung
·
Sistem otomasi terintegrasi gedung (BAS) Pada
Bangunan Gedung
Audit energi adalah
alat, jadi bukan hasil kerja atau bukti keberhasilan konservasi energi di
gedung. Hal-hal yang menjadi faktor keberhasilan kegiatan konservasi energi di
gedung adalah pemilihan teknologi yang tepat serta kreatifitas untuk membuat
disain atau modifikasi sistem menjadi lebih efektif dalam menghemat energi
serta tentunya pengalaman yang baik.
1. Sistem kelistrikan
gedung
Sumber utama energi
untuk operasional gedung saat ini adalah dari listrik. Listrik ini bisa
disuplai dari PLN atupun dari genset atau gas engine milik sendiri. Akan lebih baik jika dalam perencanaan awal
sudah dilibatkan aspek konservasi energi dalam pembuatan sistem
kelistrikan gedung. Aspek konservasi energi dari sistem kelistrikan gedung adalah terbaginya beban secara merata pada masing-masing fasa,
telah terpisahnya masing-masing beban
seperti AC, penerangan dan lift pada saluran kabel yang tersendiri. Telah
adanya alat pengukur konsumsi energi lisitrik
pada masing-masing sistem pengguna energi sehingga pemakaian energinya
dapat dimonitor. Monitoring dilakukan untuk menilai keberhasilan sejumlah
langkah konservasi energi yang bisa dilakukan pada sistem-sistem pengguna
energi tadi.
Selain itu dengan
telah terpisahnya beban listrik sistem pengguna energi pada saluran kabel yang
berbeda akan memudahkan kontrol operasi sistem tadi apalagi jika gedung
menggunakan sistem otomasi terintegrasi
(Building Automation System/BAS).
Pemasangan kapasitor bank pada jaringan listrik diawal
pembangunan juga akan meningkatkan
efisiensi penggunan listrik sistem kelistrikan gedung. Jika hal itu tidak dilakukan, minimal ada alokasi
tempat yang tepat di panel induk untuk pemasangan kapasitor bank ini dikemudian
hari,
Pemilihan genset yang
efisien dalam mengkonsumsi bahan bakar juga diperlukan seandainya genset
diperlukan untuk mengganti suplai listrik dari PLN saat beban puncak. Genset juga layak digunakan saat dimana harga
energi alternatif pengganti solar yaitu BBN biosolar harganya cukup murah dan
ekonomis.
2. Sistem Tataudara
pada bangunan gedung
Pada bangunan gedung
sistem tataudara menjadi komponen utama yang paling besar penggunaan energinya
yaitu sekitar 60 persen. Penggunaan yang sangat besar ini perlu menjadikan sistem AC
sebagai fokus utama dalam kegiatan penghematan energi di gedung. Sistem AC
gedung pada umumnya dapat dibagi dua bagian utama yaitu sistem refrigerasi yang
merupakan penggerak utama pengkondisian udara dan sistem tataudara. Sistem refrigerasi
ini terdiri atas kompresor, evaporator, kondenser dan katup ekspansi. Pada
umumnya sistem refrigerasi ini menggunakan refrigerant (freon) yang saat ini
masih banyak menggunakan refrigerant yang menyebabkan kerusakan ozone serta
menimbulkan pemanasan global. Sementara
sistem
tataudara mengalirkan udara pada duct setelah didinginkan oleh sistem
refrigerasi tadi. Sistem tataudara terdiri atas duct aliran
udara, kipas pengalir udara suplai dan diffuser pendistribusi udara dingin.
Parameter tingkat
hemat sistem AC gedung ditandai dengan efisiensi sistem refrigerasinya dan pencapaian kenyamanan ruangan
sesuai standar kenyamanan orang Indonesia. Tingkat efisiensi sistem AC diukur dengan kemampuan
pengambilan panas gedung dibandingkan dengan energi listrik yang dikonsumsi. Angka acuan efisiensi sistem
refrigerasi gedung menurut SNI tahun 1993 yang dikeluarkan oleh Puslitbang
pemukinan Departemen Pekerjaan Umum adalah maksimum kw/TR sebesar 0,9. Angka
ini menunjukkan bahwa sistem refrigerasi maksimum menkonsumsi listrik 0,9 kW
untuk menghasilkan kemampuan mengambil panas gedung sebesar 1 Ton Refrigerasi
atau 12.000 Btu/hr atau 3024 kcal/jam. Sementara tingkat kenyamanan dalam
ruangan dimana sistem AC-nya beroperasi
pada kondisi efisien energi adalah pada suhu 25 + 2 oC dan kelembaban udara relatif sebesar 60 +10 %
Ada berbagai macam
sistem refrigerasi yang dapat dipilih untuk kondisi gedung tertentu seperti
sistem chiller water cooler, chiller air cooler, sistem package atau kombinasinya. Sementara pada sistem
distribusi udara bisa menggunakan sistem seperti AHU dengan chilled water atau
refrigerant atau juga menggunakan fan coil sistem untuk mengalirkan udara
dingin ke ruangan-ruangan yang dilayani oleh sistem AC.
Pemilihan sistem
refrigerasi dan distribusi udara ditentukan oleh banyak faktor terutama adalah
kondisi dan lokasi penempatan dari sistem AC di gedung serta anggaran yang
dimiliki oleh pemilik gedung. Selain itu yang terutama adalah bahwa sistem AC
yang didisain kapasitasnya sesuai dengan beban panas yang harus diatasi oleh system AC.
Program konservasi
energi pada sistem AC lebih baik dilakukan pada saat awal perencanaan bangunan dibandingkan dengan setelah
bangunan itu berdiri karena modifikasi sistem yang
telah ada akan lebih menyulitkan dan akan mempengaruhi bagian-bagian lain karena semua sistem telah
dihitung secara terintegrasi
dari awalnya.
Perencanaan awal dalam
penentuan jenis sistem AC yang dipilih serta peralatan yang diadakan sangat
menentukan dalam pencapaian tujuan konservasi energi pada sistem AC gedung.
3. Sistem tatacahaya
pada bangunan gedung
Pada bangunan gedung
sistem tatacahaya menempati urutan kedua dalam mengkonsumsi energi listrik.
Pada bangunan gedung pencahayaan digunakan untuk area publik seperti ruangan kantor,
lorong-lorong dan lobby sehingga
pencahayaannya lebih terdistribusi.
Perencanaan
pencahaayan gedung yang hemat energi akan lebih baik dilakukan sebelum bangunan
berdiri karena sifatnya yang terdistribusi sehingga mempengaruhi area yang luas. Perubahan sistim pencahayaan
atau retrofitting setelah bangunan berdiri akan memberatkan biaya perubahan
langit-langit dari ruangan yang diperbaiki.
Untuk mendapatkan
pencahayaan dalam ruangan yang optimal diperlukan pemilihan jenis lampu yang hemat energi sesuai dengan
peruntukkan ruangan serta pemilihan armatur yang efektif dalam merefleksikan cahaya ke bawah.
Penentuan jenis warna
dinding serta tinggi letak dari armatur sangat menentukan tingkat pencahayaan yang sampai ke bidang yang akan
diterangi. Tingkat terang yang
ingin dicapai akan menentukan berapa banyak jumlah lampu dan daya masing-masing lampu
yang diperlukan.
Pencahayaan ruangan
yang hemat energi ditentukan juga oleh
efisiensi lampu yang ditandai dengan parameter lumen per watt yang menunjukkan jumlah berkas cahaya
yang dihasilkan untuk tiap 1 watt daya listrik yang dikonsumsi.
Untuk penerangan
publik yang menggunakan jenis lampu fluorescent, penggunaan ballast elektronik
akan lebih mengurangi daya listrik yang dibutuhkan untuk pencahayaan dalam
ruangan.
Indonesia adalah
negara tropis yang dianugrahi cahaya matahari yang melimpah sepanjang tahun.
Sumber cahaya yang gratis dan murah ini tidak secara optimal dimanfaatkan
sebagai sumber cahaya penerangan alami siang hari. Ada kekhawatiran bahwa penggunaan cahaya
alami ini akan menambah beban AC gedung. Sebenarnya hal itu tidak beralasan
selama cahaya alami yang dimanfaatkan itu adalah cahaya pantulan dan bukan
cahaya langsung. Cahaya pantulan memiliki panjang gelombang yang tinggi sementara
cahaya langsung masih mengandung spektrum yang memiliki panjang gelombang
rendah. Spektrum dengan panjang gelombang rendah ini akan menimbukan efek rumah
kaca sementara cahaya pantulan tidak menimbulkan efek rumah kaca dan beban
pendinginan AC yang terjadi
tetap rendah.
4. Sistem
selubung bangunan
Selubung
bangunan adalah bagian terluar dari gedung yang melingkupi seluruh konstruksi bangunan
dalam
menghambat aliran panas dari lingkungan luar. Yang menjadi komponen selubung
bangunan ini adalah dinding beserta jendela kaca dan pintu serta selubung atap.
Luasan dan jenis
selubung bangunan (dinding dan atap) mempengaruhi perolehan kalor/panas (heat gain) akibat
konduksi panas dari luar
dan panas dari radiasi
matahari. Untuk mengurangi perolehan panas yang berarti pula menurunkan beban
pendinginan sistem AC, maka pemilihan dinding luar, kaca, atap dan kombinasi luasan dinding
dengan kacanya akan menjadi penentu efektifitas selubung bangunan dalam
menghambat aliran panas dari luar.
Sistem AC di gedung mendapatkan beban panas
terbesarnya melalui selubung bangunan,
karena itu perhatian terhadap selubung bangunan ini harus yang paling mendalam.
Disain selubung
gedung yang terlalu banyak melibatkan jendela kaca akan menyebabkan beban
pendinginan AC yang besar sehingga akan membuat konsumsi listik untuk AC menjadi besar. Diperlukan
suatu kombinasi antara dinding keras (tembok) dan kaca dari
selubung bangunan gedung yang optimal serta penggunaan peneduh dan vegetasi
yang baik diluar gedung
agar beban listrik untuk AC rendah.
Sebagai
tolok ukur tingkat efektiftas selubung bangunan ini dalam mengatasi beban AC
telah ditetapkan untuk kondisi Indonesia
ukuran RTTV (Roof Thermal Transfer Value) untuk selubung atap dan OTTV (Overall Thermal Transfer
Value) untuk selubung dinding. Nilai maksimum yang diperbolehkan untuk kedua
parameter ini adalah (berdasarkan
SNI No SNI 03-6389-2000),
yaitu
Nilai RTTV gedung maksimum adalah = 45 watt/m2
Nilai OTTV gedung maksimum adalah =
45 watt/m2
Nilai 45 watt/m2 artinya adalah jumlah panas mengalir
(dinyatakan dalam watt) melewati satu satuan meterpersegi selubung bangunan
maksimum sebesar 45 watt. Jika lebih besar berarti suatu gedung tidak efisien,
jika lebih kecil berarti sudah efisien
5. Sistem
Pompa dan perpompaan
Dipastikan bahwa semua bangunan gedung memiliki pompa dan
sistem perpompaannya yang terutama digunakan untuk mengalirkan air bersih.
Secara umum system pompa menggunakan energi listrik cukup kecil tapi
penghematan energi di pompa ini tetap diperlukan apalagi dengan system pompa
yang efisien maka konservasi air juga bisa dilaksanakan.
6. Sistem Peralatan
lain (lift escalator dan boiler)
Saat ini gedung
komersial khususnya yang berada di kota besar tidak terhindarkan untuk
menggunakan transportasi vertical. Hal ini terutama disebabkan keterbatasan
lahan yang menyebabkan pembangunan gedung mengarah ke atas.
Perencanaan awal
transportasi vertical yang efisien energinya ditentukan oleh faktor-faktor
seperti peruntukan gedung, laju perkiraan jumlah orang dan pemilihan teknologi
sistem transportasi verticalnya. Sistem transportasi vertical yang modern dan dapat
diprogram ulang adalah sistem yang akan lebih mendukung program konservasi
energi dalam gedung baik dalam perencanaan awal maupun retrofit dikemudian
hari.
Selain lift beberapa
gedung juga memiliki peralatan escalator atau tangga berjalan. Pada umumnya
perkantoran tidak memiliki escalator dan biasanya banyak dipergunakan di Mall
dan pusat perbelanjaan.
Selain itu beberapa
bangunan pada umunya hotel dan rumah sakit memiliki juga peralatan boiler yaitu
untuk menghasilkan uap air atau air panas untuk mandi serta laundry atau
memasak terutama di hotel.
7. Sistem Otomasi Terintegrasi Gedung (BAS)
Dengan kemajuan
teknologi komputer dan informasi maka untuk meningkatkan performa operasi
sistem-sistem pengguna energi saat
ini telah digunakan building otomation system (BAS). Penggunaan BAS ini juga dapat
mengintegrasikan kerja sistem tadi. Pada operasional sistem AC penggunaan BAS
akan dapat mengatur jam nyala dari sistem chiller dan AHU serta mengatur jumlah
chiller yang nyala. Sementara pada lampu BAS ini akan dapat mengatur jam nyala
dari lampu dan juga mengatur jumlah lampu yang nyala disesuaikan dengan
pencahayaan alami siang hari yang masuk. Pengaturan lampu dan sistem AC tadi
hanya dapat dilakukan oleh BAS dengan syarat bahwa jaringan kabel listriknya
telah terpisah untuk
masing-masing sistem. Sementara itu pada lift penggunaan BAS dapat
mengatur jumlah lift nyala sesuai jam yang telah ditetapkan.
Penggunaan sistem BAS
ini sudah tentu akan dapat mendukung program penggunaan energi listrik yang
efisien pada bangunan gedung dengan syarat bahwa sistem kelistrikan dan semua
sistem pengguna energi tadi direncanakan secara terintegrasi dan dipersiapkan dari
awal untuk dikontrol oleh BAS.
Pemasangan BAS setelah gedung berdiri cenderung sulit dilakukan karena harus
membongkar sejumlah dinding serta perlu mengurut alur-alur listrik dan memasang
kabel-kabel control melewati tempat-tempat yang sulit.
0 comments:
Posting Komentar