Banyak perusahaan yang menemui kesulitan dalam mengidentifikasi langkah-langkah efisiensi energi yang sederhana dan mempunyai masa pengembalian modal yang pendek, dan banyak pula dari mereka yang sudah dapat menemukan peluang penghematan, tetapi gagal menerapkannya. Dari penelitian yang dilakukan, hambatan utama yang sering dijumpai adalah sebagai berikut :
· Sikap kurang hemat energi· Kurangnya pengetahuan tentang apa yang secara teknis mungkin dilakukan
· Metoda analisa keuangan yang tidak memadai
Mengapa Efisiensi Energi Diperlukan
Laju permintaan bahan bakar minyak dan tingkat eksplorasinya saat ini, dapat mengakibatkan Indonesia diambang krisis energi di tahun-tahun mendatang.
Ukuran efisiensi energi nasional adalah Elastisitas konsumsi energi terhadap GDP, elastisitas energi pada negara berkembang adalah sekitar 1,3%. Untuk Indonesia angkanya berkisar pada 1,4%. Dengan ukuran ini maka dibandingkan dengan negara lain Indonesia termasuk negara yang boros energi
Sementara itu juga kondisi-kondisi berikut dihadapi oleh Industri di Indonesia
· Era globalisasi yang mengurangi hambatan informasi dan jarak sehingg dapat saling mempengaruhi setiap negara dengan cepat· Pengurangan subsidi energi yang terus menerus sehingga harganya semakin mahal
· Peniadaan proteksi hasil industry melalui tarif bea masuk, mengakibatkan daya saing produk industry local turun terhadap produk import
Dengan kondisi ini maka industri dalam negeri dituntut mampu bersaing dengan industri luar negeriManfaat efisiensi energi di industri :
Berikut ini diberikan manfaat efisiensi energi yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan program konservasi energi:
Pada tingkat nasional:
1. Kebanyakan proyek konservasi energi di pabrik dapat diterapkan dalam waktu sekitar 1 tahun, hal ini memberikan suatu manfaat finansial yang lebih cepat diperoleh, dibandingkan aktivitas di sisi suplai berbiaya tinggi, seperti pembangunan pusat pembangkit listrik baru.
2. Langkah efisiensi energi dapat mengurangi laju permintaan energi sehingga mengurangi kebutuhan load shedding pada sistem penyediaan tenaga listrik dan gas.
3. Menambah penyediaan energi untuk diekspor, daam jangka pendek efisiensi energi dapat menambah jumlah persediaan untuk diekspor yang dalam hal ini akan menambah devisa negara.
4. Peralatan yang diperlukan untuk menerapkan proyek efisiensi energi kebanyakan dapat dibuat dalam negeri, dengan demikian akan mendorong perkembangan industri peralatan lokal.
5. Dengan adanya peningkatan penggunaan peralatan lokal dan kebutuhan jasa yang berkaitan dengan efisiensi energi, maka konservasi energi dapat berperan pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan keakhlian tenaga kerja lokal.
6. Jika perusahaan dapat menekan harga produk, atau mengatur kenaikan harga yang layak, konservasi energi akan berperan dalam menekan laju inflasi.Pada tingkat pabrik
1. Biaya produksi yang lebih rendah dan keuntungan yang lebih tinggi, Biaya energi merupakan porsi yang cukup berarti dari total biaya produksi. Penghematan dalam biaya energi dapat secara langsung menyumbangkan keuntungan bagi perusahaan, terutama pada industri yang padat energi.
2. Posisi bersaing yang lebih baik, Perusahaan yang memperoleh penghematan dalam biaya energi, berarti dapat menekan biaya produksi, sehingga meningkatkan posisi bersaing di pasaran domestik maupun pasaran ekspor.
3. Meningkatkan kemampuan menghadapi tantangan perubahan harga atau pengurangan persediaan energi masa akan datang.
4. Peningkatan produktivitas, Karena program efisiensi energi menggabungkan banyak disiplin ilmu (engineering, manajemen, human relation), perkembangannya seringkali menghasilkan perbaikan efisiensi sumberdaya yang lain seperti bahan baku dan tenaga kerja.
5. Penghematan /efisiensi energi secara langsung mengurangi dampak negatip terhadap lingkungan, seperti pengurangan produksi asap, SO2 dan NOxKeuntungan potensial program efisiensi energi yang dapat dicapai sepenuhnya tergantung pada sifat dari pabrik itu sendiri. Intensitas energi (jumlah energi yang digunakan per unit produksi) sangat bervariasi, tergantung pada jenis proses produksi, jenis bahan bakar yang digunakan, umur peralatan, ukuran pabrik dan prosedur pengoperasian. Meskipun demikian, usaha penghematan energi di pabrik melalui manajemen energi akan dapat menurunkan konsumsi pemakaian energinya hingga 20 - 30 %. Untuk sebagian besar perusahaan, konservasi energi memberikan peluang bisnis yang sangat baik.
Berikut ini adalah contoh kasus efisiensi energi di industry semen :METHODOLOGY APPLICATION
The Company Energy Efficiency Methodology was used as a basis for the plant assessment to identify and implement options to reduce energy and other materials and wastes. Some of the interesting experiences are:
A strong push from majority shareholder The Cement company group to strive for excellence in environmental and energy performance
An ISO 9001 certified quality management system and an ISO 14001 environmental management system, and plans for an ISO 17025 management system
A sophisticated on- line, real-time information system is in place at the modern Plant #11 and will be expanded to other plants. This system monitors and logs, among other things, the specific power and heat (thermal) consumption for clinker production, environmental emissions, such as dust, SOx and NOx
Monitoring of the community’s attitude towards the plant: one of the company’s Operating Success Parameters (OPS) is the Public Response’s Environmental Index
· Task 2 –Select focus areas
This large company has almost twenty parallel cement production lines. Because of this, a production flow chart and data collection was only done for one of the production line that would be used as a basis for this project, and not for the entire plant. Because of similarities between production lines, the work done at one production line could later be carried out for other production lines in very much the same way.
· Task 3 –Quantify inputs and outputs and costs to establish a baseline
Energy consumption is managed through the quality and environmental management systems, managed by a Management Representative. Each unit of the company has been given a minimum baseline performance and each month each unit’s actual performance is evaluated against this baseline, with the purpose of identifying energy losses and areas for improvement. As a result it was relatively easy to obtain baseline data for energy and determine where the losses occur.
· Task 4 – Prepare implementation and monitoring proposal for top management approval
Options that require more than US $ 10,000 investment costs must be authorized by the Singapore office, which adds to the time needed before the implementation of options can start.
Lesson learnt: Find out early in the process what the approval process is for options and investments in options, to avoid delays in obtaining approval for the implementation and monitoring proposal.
· Task 5 – Implement options and monitor results
In Plant #6, which was the focus area for the assessment, a major cable burnt and therefore the plant had to be stopped for several months, which also caused delays in the implementation of option. Additional options were identified and implemented for two new focus areas to compensate for this, natural gas consumption and electricity generation using excess pressure supply
Lesson learnt: Sometimes the implementation of options cannot go ahead for reasons that the Team cannot influence (such as a major overhaul or breakdown in the focus area). Depending on time availability and at what stage of the assessment and/or implementation you are, it is possible to select other focus areas for investigation or other options for implementation.
· Task 6 – Continuous improvement - Dialog
This company is at the forefront of reducing GHG emissions and because it is such a large plant in a developing country, it has been looking to participate in clean development mechanism (CDM) projects. Possible projects eligible for CDM have been identified and developed. The company is now in negotiations with the World Bank and several industrialized countries, who are the potential buyers of emission reduction credits (ERUs), to agree on the CO2 baseline and reductions to be achieved through the proposed projects.
Lesson learnt: The clean development mechanism (CDM) under the Kyoto Protocol for climate change can be an important driver for future GHG emission reductions through energy efficiency improvements for large companies in developing countries.
· Task 7 –Continuous improvement
To ensure that energy efficiency and GHG reductions are sustained, top management added two new parameters in the Management Control System, which will appear in monthly reports to management:
Lesson learnt: By including energy and GHG related parameters in monthly reports to top management, more pro-active management of energy and GHG emissions is possible.