Pengelolaan
dan pemanfaatan energi mengalami beberapa kali perubahan paradigma. Ini terkait
dengan ketersedian energi itu sendiri, pola konsumsi energi serta perkembangan
teknologi dalam pemanfaatan dan pembangkitan energi itu sendiri. Perubahan paradigma
diantaranta yaitu :
1.
Perubahan
paradigma pengelolaan energi
2.
Perubahan
paradigma sumber energi
1.
Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi
Pada saat awal paradigma pemerintah dalam pengelolaan energi nasional berfokus pada sisi pasokan energi. Kemudian beberapa tahun yang lalu paradigmanya berubah menjadi focus pada permintaan.
Manajemen energi yang focus pada sisi
pasokan artinya pemerintah berusaha
untuk memenuhi semua kebutuhan energi melalui pemanfaatan sumber-sumber energi
yang ada terutama energi fosil. Energi fosil menjadi sumber energi utama
sehingga menentukan tingkat kompetenesi ekonomi nasional. Akibatnya energi terus
disubsidi agar memenuhi kebutuhan energi yang murah disisi konsumen. Pada saat
itu Energi alternatif dan terbarukan tidak diprioritaskan dalam portofolio
pemanfaatan energi nasional. Selain itu Penggunaan energi oleh semua sector baik
sektor rumah tangga, sektor industri,sektor komersial dan transportasi masih boros karena kurangnya kesadaran dan penekanan
pada efisiensi energi oleh pemerintah.
Kemudian beberapa tahun setelahnya,
pemerintah mulai mengubah paradigma pengelolaan energi dengan lebih fokus pada
sisi permintaan energinya. Ada perubahan paradigma dimana Pemerintah memastikan
bahwa kebutuhan dan penggunaan energi dalam rumah tangga,industri, sektor
komersial dan transportasi dapat benar-benar efisien. Hal ini dapat dicapai
ketika semua pengguna energi menerapkan sikap hemat energi serta mulai
menggunakan peralatan dan teknologi yang lebih efisien dalam penggunaan energi.
Selain efisien dari perilaku dan
peralatan yang digunakan, dalam paradigma baru ini pasokan dan penggunaan
energi terbarukan dimaksimalkan, jika perlu pembangunannya diberikan insentif
agar pengembang tertarik membangun energi terbarukan.
1.
Perubahan Paradigma Sumber Energi
Di era
milenial ini dengan kondisi energi fosil yang semakin menipis, paradigma energi
yang berlaku adalah transisi energi. Transisi energi adalah proses
berkelanjutan untuk mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi rendah
karbon. Secara lebih umum, transisi energi adalah perubahan struktural yang
signifikan dalam sistem energi terkait pasokan dan konsumsi.
Sumber energi terbarukan tenaga angin
dan sistem fotovoltaik surya (PV) memiliki potensi terbesar untuk mengurangi terjadinya
perubahan iklim. Sejak akhir 2010-an, transisi energi terbarukan juga didorong
oleh daya saing kedua energi ini yang
meningkat pesat.
Sumber energi tenaga angin dan sistem
fotovoltaik surya (PV) dianggap paling penting dalam transisi energi rendah
karbon karena keduanya menawarkan potensi untuk mengurangi emisi carbon dengan
masing-masing sebesar 4 Gt CO2 ekuivalen per tahun, nilai ini setengahnya
dengan biaya masa pakai bersih yang lebih rendah daripada referensi.
Dalam sector transportasi, transisi
energi terbarukan mencakup pergeseran dari kendaraan bertenaga mesin pembakaran
internal ke transportasi umum yang lebih banyak, mengurangi perjalanan udara
dan penggunaan kendaraan listrik.
Pada tahun 2022, pembangkit listrik
tenaga air adalah sumber listrik terbarukan terbesar di dunia, menyediakan 16%
dari total listrik dunia pada tahun 2019. Namun, karena ketergantungannya yang
besar pada geografi dan dampak lingkungan dan sosial yang umumnya tinggi dari
pembangkit listrik tenaga air, potensi pertumbuhan teknologi ini terbatas.
Tenaga angin dan matahari dianggap lebih terukur, tetapi masih membutuhkan
lahan dan material dalam jumlah besar, keduanya memiliki potensi pertumbuhan
yang lebih tinggi. Pemanfaatan sumber-sumber
energi terbarukan ini telah tumbuh hampir secara eksponensial dalam beberapa
dekade terakhir berkat penurunan biaya yang cepat. Pada 2019, tenaga angin
memasok 5,3% listrik di seluruh dunia sementara tenaga surya memasok 2,6%.
Dibandingkan dengan produksi jenis pembangkit listrik tenaga air yang
dapat dikontrol secara aktif, produksi listrik dari tenaga angin dan tenaga surya masih tergantung pada cuaca. Jaringan listrik
harus diperpanjang dan disesuaikan untuk menghindari pemborosan. Oleh karena
itu, tenaga air dianggap sebagai sumber yang dapat dikirim, sedangkan matahari
dan angin adalah sumber energi terbarukan yang bervariasi. Sumber energi dari tenaga angin dan tenaga
surya memerlukan pembangkit cadangan atau
penyimpanan energi yang dapat dikirim untuk menyediakan listrik yang berkelanjutan
dan andal. Oleh karena itu, teknologi penyimpanan juga memainkan peran kunci
dalam transisi energi terbarukan.
Penggunaan baterei skala besar menjadi
pilihan yang tepat untuk dapat memanfaatkan energi listrik dari tenaga matahari
dan angin ini karena pemanfaatannya dapat kontinyu walaupun pembangkitannya
tidak kontinyu karena masih dipengaruhi oleh cuaca.
Terakhir agar energi terbarukan dapat
dimanfaatkan secara luas dan murah, masih diperlukan penemuan teknologi-teknogi
baru yang efektif dan efisien dalam mengkonversi tenaga angin dan matahari
menjadi tenaga listrik