Ahli Energi - Membahas manajemen energi, Sumber energi terbarukan dan tak terbarukan , pemanfaatan energi , Pembangkit listrik tenaga surya dan isu-isu terbaru energi

MANAJEMEN ENERGI - AUDIT ENERGI - SUMBER-SUMBER ENERGI - ENERGI TERBARUKAN - ISU TERBARU ENERGI

Audit Energi Gedung

Kegiatan untuk mengidentifikasi dimana dan berapa energi yang digunakan serta berapa potensi penghematan yang mungkin diperoleh dalam upaya mengoptimalkan penggunaan energi pada fasilitas atau sistem gedung

Energi Terbarukan Dan Konservasi Energi

Energi terbarukan tersedia melimpah di alam penggunaannya ketersediaannya tidak pernah habis dan tidak merusak lingkungan - Konservasi energi adalah melestarikan energi dengan penggunaan yang efisien dan bijaksana

Manajemen Energi

Manajemen energi adalah pengelolaan energi secara komprehensip secara nasional dan lokal dengan mengikuti kaidah-kaidah manajemen untuk mencapai kemakmuran bersama

Efisiensi di Industri

Industri yang menerapkan sistem manajemen energi dan melakukan program efisiensi energi akan memiliki daya saing yang tinggi karena biaya energinya lebih rendah

Kebijakan Energi Nasional

Kebijakan energi Nasional (KEN) yang menerapkan sistem manajemen energi yang benar, Menerapkan prinsip berkeadilan keberlanjutan dan berwawasan lingkungan, memperhatikan kaidah-kaidah efisiensi energi dan menggunakan energi secara bijaksana akan memberikan kemakmuran bagi rakyat

Jumat, 15 Juli 2022

Instrumentasi Audit Energi

Dalam kegiatan audit energi penggunaan instrumen atau peralatan ukur mutlak diperlukan terutama untuk audit awal dan audit rinci, sementara pada audit ringkas, data historis pemakaian energi di gedung dengan display data dari alat-alat ukur yang ada di pengguna energi sudah memadai untuk bahan analisa audit energi. 

Pada audit energi awal peralatan ukur yang diperlukan cukup yang dapat melakukan pengukuran sesaat tanpa diperlukan recorder, sementara untuk pengukuran pada audit detail wajib menggunakan peralatan yang memiliki penyimpan data (recorder). 

Peralatan ukur yang memiliki penyimpan data diperlukan pada kegiatan audit energi rinci, karena pada tahapan ini  harus didapatkan profile penggunaan energi listrik selama periode tertentu (harian atau mingguan). Data profile ini akan menjadi data yang lebih akurat dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan implementasi konservasi energi yang akan dilakukan. 

Pada umumnya peralatan (instrument) ukur untuk audit energi ini bersifat portable dan harus bisa dipindah-pindah karena memang lokasi-lokasi pengukuran dalam kegiatan audit energi ini berjauhan dan terpisah.

Alat ukur portable tidak dimaksudkan untuk menggantikan alat ukur yang dipasang tetap dan dipelihara dengan baik di gedung untuk pengendalian dan optimasi operasi. Jika data dari peralatan ukur yang ada digedung sudah memadai pengukuran yang dilakukan hanya sebagai pembanding saja.

Berbagai alat ukur portable dapat dipergunakan untuk melaksanakan audit energi.   Yang paling sering diperlukan di gedung  antara lain untuk pengukuran :

· Pengukur temperatur langsung (contact temperature measurement) - indikator temperatur elektronik dengan sistem digital, dengan probe yang dapat diganti-ganti sesuai dengan skala serta sifat pengukuran (insertion probes untuk pengukuran didalam, contact probes untuk pengukuran permukaan).

·   Pengukur temperatur tidak langsung (non contact temperatur measurement) - infrared pyrometer untuk pengukuran permukaan.

·    Pengukur tekanan  -  electronic pressure gauges dan manometer.

·  Gas analyser  -  chemical type untuk pengukuran kandungan karbon dioksida dan oksigen pada gas pembakaran biasanya untuk pengukuran di boiler.

· Gas analyser  -  electronic analyser untuk pengukuran oksigen, karbon mono-oksida dan suhu gas buang (stack gas), dengan perhitungan otomatik tingkat karbon dioksida dan efisiensi pembakaran.

·    Pitot tube  -  untuk pengukuran laju aliran udara kedalam boiler dan furnace.

·  Humidity   -   pengukur  RH  yang elektronis dan dapat dijinjing dengan tangan (hand held).

·  Conductivity   -  instrumen elektronik dengan probe kombinasi untuk conductivity dan temperatur untuk memonitor kwalitas boiler feed water (air umpan boiler) dan blow down.

·   Photocell lightmeter – atau lux meter untuk mengukur tingkat pencahayaan yang ada di dalam ruangan gedung.

·  Clamp-on meter untuk mengukur tegangan (voltage), arus, tahanan, power factor, beban (Kw), konsumsi (kWh), sering dikombinasi dalam satu alat ukur yang disebut "multimeter" dengan computerised memory dan printer untuk membuat catatan yang tetap (permanent records).

·   Energy alayzer untuk mengukur tegangan (voltage), arus, tahanan, power factor, beban (Kw), konsumsi (kWh) dan harmonic dengan computerised memory untuk membuat catatan yang tetap (permanent records).

·   Leak meter - Instrumen audit energi yang digunakan untuk mendeteksi lokasi kebocoran dari suatu sistem distribusi gas. Leak meter pada umumnya digunakan untuk melakukan pendeteksian kebocoran pada sistem udara bertekanan (compressor) dan refrijeran pada sistem pendingin

Pengukuran aliran biasanya cukup sulit dilakukan, kecuali dengan pitot-tube yang sudah dikenal baik dan manometer.   Sekarang sudah tersedia ultrasonic flowmeter yang cara operasinya berdasarkan prinsip "time of flight" atau efek Doppler : yakni mempunyai satu atau dua sensor yang ditempelkan diluar pipa.   Instrumen ini merupakan alat ukur portable yang baik untuk pengukuran aliran, tetapi dalam pengukurannya hartus dilakukan dengan hati-hati karena sensitifitasnya terhadap hasil pengukuran cukup tinggi.

Pemakaian Instrument audit energi tadi dapat dikelompokkan pada  area atau objek pengukuran yang terkait dengan aspek-aspek dari gedung seperti telah disebutkan dalam uraian diatas. Area atau objek pengukuran adalah sebagai berikut :

  1. Sistem Distribusi Listrik mencakup lift
  2. Sistem Tata Udara gedung kantor (sistem AC)
  3. Sistem Penerangan gedung kantor
  4. Genset, Boiler Dan sistem distribusi uap
  5. Peralatan lainnya seperti kompressor

Lebih jelasnya penggunaan instrument audit pada area/objek pengukuran adalah :

1.    Sistem Distribusi Listrik

A.    Energy analyzer : dipakai untuk

  •    Besaran listrik terukur : KVA, kW, pf, Hertz, KVAr, Amps, Volts dan harmonics.
  •    Pengukuran besaran listrik dapat dilakukan sesaat atau terus-menerus.
  •    Interval waktu pengukuran besaran listrik dapat diatur dan hasil  pengukuran dapat dicetak.
  •    Pengukuran besaran listrik dapat  dilakukan berpindah-pindah (portable)
  •    Pada umumnya power analyzer digunakan untuk mendapatkan analisa            fluktuasi -beban/ rasio kVA terpasang dengan beban aktual.

Gambar  Energy Analyzer

 


    Gambar Clamp on

B.                        CLAMP ON

Alat ini dipakai untuk mengukur

·        Voltage ; Current ; Power factor

·        Voltage/current peak

·        Effective / reactive / apparent power (single-phase or 3-phase)

·        Reactivity

·        Frequency,

·        Phase angle Phase detection (3-phase)

·        Voltage/current harmonic levels (up to 20th)

 

2.    Sistem Pencahayaan

          LUX METER : dipakai  untuk


 Gambar  Lux meter

 

·     Lux meter digunakan untuk melakukan     pengukuran level iluminasi/tingkat kuat cahaya penerangan pada perkontoran, plant industri, jalan atau tempat kerja lainnya.

·     Pada saat dilakukan pengukuran letakkan sensor level iluminasi tepat pada area kerja yang akan diukur.

·     Pembacaan hasil pengukuan dapat dilihat pada display panel alat ukur.

·     Lindungi sensor pembacaan  tingkat iluminasi dan disimpan  dengan baik untuk melindungi  tingkat sensitifitasnya.

 

3.         Sistem A/C

          TEMPERATUR DAN HUMIDITY  (Relative Humidity : RH): digunakan untuk

·    Instrumen audit energi yang digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban udara.

·    Tingkat kelembaban udara merupakan faktor penting terkait dengan tingkat  kenyamanan kerja  (RH:50±10%) serta  menjadi indikator  efektifitas suatu sistem pendinginan.

 




  Gambar   RH Meter

 

ANEMOMETER : digunakan untuk

  

Gamba Anemometer

·    Instrumen audit energi yang digunakan untuk mengukur laju aliran udara.

·    Aliran air diukur untuk mendapatkan nilai efisiensi cooling tower, sistem pendinginan dan heat exchanger.

 

WATER FLOW METER : digunakan untuk


Gambar  Pengukuran dengan flow mete

 

·    Instrumen audit energi yang digunakan untuk mengukur laju aliran air.

·    Aliran air diukur untuk mendapatkan nilai efisiensi pompa, cooling tower, sistem pendinginan, heat exchanger dan kondensor.

·    Jenis water flow meter yang umumnya digunakan adalah water flow meter yang permanent terpasang pada pipa air (rotameter) dan yang bersifat portable (ultrasonic flow meter)

 

4.    SISTEM BOILER DAN GENSET

  COMBUSTION ANALYZER

·     Mengukur komposisi dari gas buang hasil pembakaran dalam persentase.

·     Hasil pengukuran gas buang dalam % oxygen atau % CO2.Contohnya pada boiler dan genset

·     Efisiensi Gas Buang dapat dihitung  dengan  suatu program tertentu.

 

 

Gambar Combustion analyzer

 

5.    SISTEM UDARA BERTEKANAN (KOMPRESSOR)

       LEAK METER : digunakan untuk


 

Gambar Sound Leak Mater

*      leak meter - Instrumen audit energi yang digunakan untuk mendeteksi lokasi kebocoran dari suatu sistem distribusi gas. Leak meter pada umumnya digunakan untuk melakukan pendeteksian kebocoran pada sistem udara bertekanan dan refrijeran pada sistem pendingin

 

Share:

Kamis, 07 Juli 2022

Manajemen Energi

Manejemen adalah Suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang merupakan  usaha-usaha para anggota organisasi agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sementara itu manajemen energi adalah kegiatan di suatu perusahaan yang terorganisir dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen, dengan tujuan agar dapat dilakukan konservasi energi,  sehingga biaya energi sebagai salah satu komponen biaya produksi/operasi dapat ditekan serendah-rendahnya. Konservasi energi sendiri mengandung arti sebagai suatu usaha untuk tetap menggunakan energi secara rasional tapi tetap mempertahankan produktifitas dan terpenuhinya syarat-syarat kelola perusahaan. Penggunaan energi rasional diantaranya dengan penghematan dan efisiensi energi. Jadi harus dibedakan antara penghematan energi dengan konservasi energi. Penghemata energi bisa saja dilakukan dengan hanya mengurangi penggunaan energinya tapi kenyamanan dan produktitas menjadi turun. Sementara konservasi energi adalah penerapan kaidah-kaidah dalam pengelolaan energi tidak hanya mengurangi pemakaian energinya tapi juga menerapkan pola operasi yang efisien, pemasangan alat tambahan yang meningkatkan performa sistem sehingga pemakaian energinya lebih rendah tapi tidak mengurangi kenyamanan dan produktifitas. Jadi pada intinya konservasi energi merupakan panduan bagaimana menghemat energi dengan benar dan berisi metode-metode dan alat alat yang bisa dipakai untuk penghematan energi tanpa mengurangi produktifitas dan kenyamanan. Sementara efisiensi energi artinya perbandingan antara penggunaan energi  dengan hasil produksinya. Yang dimaksud produksinya bisa kenyamanan, gerak dan lain-lain. Jadi efisiensi energi yang tinggi berarti pemakaian energinya rendah tapi produksi  tinggi. Dengan demikian konsep konservasi energi lebih luas dibandingkan dengan efisiensi energi.

Saat ini   International Standard Organization telah  ter-update pada ISO 50001 ( tahun 2018). Standar ISO tentang manajemen energi. System manajemen energi ini juga sesungguhnya tidak berdiri sendiri karena merupakan penggabungan dan harmonisasi dari sistem manajemen energi yang sudah diterapkan beberapa negara serta kawasan seperti Uni Eropa.  Status saat ini  beberapa Negara seperti Denmark, Ireland, Sweden, US, Thailand, Korea telah memiliki national energy management standards sendiri . Sementara Uni Eropa bahkan sudah punya regional energy management standard yang sudah dipergunakan. Berkaitan dengan hal itu maka organisasi internasional tentang standar (ISO) dengan arahan dari the United Nations Industrial Development Organization (UNIDO)  sudah melakukan peluncuran ISO 50001 tentang Manajemen Energi sejak tahun 2011.

Standar manajemen energi ISO 50001 dimaksudkan untuk memberikan kerangka kerja bagi perusahaan dalam mengintegrasikan efisiensi energi di perusahaannya ke dalam manajemen praktis dari perusahaan. Dalam hal ini ISO  berusaha menjadikan standar  Manajemen Energi agar dapat :

  • Memandu perusahaan dalam menggunakan energi lebih baik
  • Sebagai panduan dalam benchmarking, pengukuran, dokumentasi, laporan intensitas energi dan manfaat implementasi proyek energi untuk mengurangi dampak emisi rumah kaca (Green House Gas/GHG emissions)
  • Membentuk komunikasi yang terbuka antar lintas divisi dalam pengelolaan energi
  • Mempromosikan kasus-kasus sukses dalam pengelolaan energi dan mendorong perilaku pengelolaan energi yang baik
  •  Memandu perusahaan melakukan evaluasi dan implementasi  teknologi baru dalam efisiensi energi.
  • Menyediakan kerangka kerja untuk mempromosikan  efisiensi energi pada seluruh jalur pemanfaatan yang ada diperusahaan
  • Menfasilitasi peningkatan pengelolaan energi kaitannya dengan GHG emission reduction projects.

Konsep manajemen energi dari ISO ini mengadopsi siklus manajemen dari  Deming Cycle (yang dipromosikan oleh  Dr W. Edwards Deming di tahun 50-an). Tahapan penting dalam siklus manajemen ini adalah Plan-Do-Check_Action (PDCA cycle) seperti terlihat pada gambar berikut:


Gambar Konsep siklus manajemen energi

Disadur Dari ANSI/IS0 50001

Terlihat dalam siklus tersebut adanya dua lapis pelaksana yaitu lapis manajerial dan teknikal. Pada lapis manajerial aktifitasnya lebih bersifat deskjob sementara lapis teknikal lebih banyak bersifat lapangan. Dalam pelaksanaan manajemen energi ini organisasi pelaksanaan bukan merupakan suatu organisasi tetap, tapi merupakan suatu task force (gugus tugas yang terdiri dari berbagai divisi) baik keuangan, elektrikal – mekanikal dan sipil. Karena beragamnya divisi yang terlibat di dalamnya maka harus ada komitmen khusus dari top manajemen untuk melaksanakan manajemen energi ini. Dengan adanya komitmen manajemen puncak maka setiap divisi akan dapat menetapkan wakil-wakilnya dalam tim gugus tugas itu. Tim yang ditunjuk akan bertugas melaksanakan manajemen energi disamping tugas rutinnya dalam organisasi yang telah ada. Dapat dikatakan bahwa organisasi manajemen energi ini merupakan organisasi yang lintas divisi karena energi dalam gedung berkaitan dengan semua aspek, baik listrik, mekanikal, sipil dan purchasing (keuangan). Tim teknikal memiliki tujuan  meningkatkan system performance, sementara pada level manejerial tujuan akhir siklus adalah review yang menunjukkan bahwa target awal yang telah direncanakan telah dicapai atau dilampaui.

Ada beberapa pendekatan dalam Manajemen Energi yang harus dilakukan apabila suatu perusahaan akan menerapkannya pada pengelolaan energinya, namun dua unsur yang paling penting adalah :

1)  Manajemen puncak harus secara penuh memberikan komitmen terhadap pengendalian biaya energi.

2)   Harus dibentuk organisasi yang sesuai, untuk mengimplementasikan serta bertanggung jawab terhadap program Manajemen Energi.


Pendekatan secara menyeluruh dilukiskan seperti pada Gambar. 2. Gambar ini merupakan penjabaran dari konsep ISO tentang manajemen energi yang seperti terlihat pada gambar 1, dimana terlihat beberapa elemen yang membentuk suatu program manajemen yang terpadu untuk satu perusahaan (gedung atau lainnya).   Elemen-elemen utama akan dibicarakan pada uraian berikut pada buku ini.

Gambar Pelaksanaan manajemen Energi

1.1.1   Komitmen Manajemen Puncak

Keputusan manajemen perusahaan untuk melakukan pengendalian terhadap biaya energi merupakan langkah pertama yang penting.   Hal ini harus dinyatakan secara jelas dan harus diinformasikan serta dimengerti oleh semua karyawan perusahaan.

Manajemen senior harus berpartisipasi dalam rapat-rapat Komite Energi atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan energi.   Direktur perusahaan mungkin perlu mempunyai seorang Manajer Energi yang melapor langsung kepadanya, terutama pada awal dimulainya program Manajemen Energi.

Seringkali akan bermanfaat bagi perusahaan, mempublikasikan pernyataan resmi tentang kebijaksanaan energi yang ditempuhnya.   Hal ini akan bermanfaat pula untuk menentukan kegiatan perusahaan di bidang energi bagi para karyawan serta untuk memberikan informasi kepada khalayak umum tentang komitmen perusahaan terhadap efisiensi energi.

Akhirnya, bagian penting dari komitmen manejemen puncak adalah penunjukan organisasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program Manajemen Energi.  Pada umumnya, organisasi ini terdiri dari dua tingkatan, yakni Manajer Energi dan Komite Energi.  Adanya komitmen manajemen puncak akan terbukti pada besar atau tidaknya dukungan yang diberikan kepada Manajer Energi dan Komite Energi, khususnya sumber daya manusia yang diserahi kewenangan.

Komite Energi

Karena energi menyangkut berbagai departemen/unit kegiatan perusahaan, program Manajemen Energi yang efektif harus melibatkan sejumlah personel.   Suatu Komite Energi perlu dibentuk untuk mengkoordinasikan semua departemen tersebut, tapi tetap berusaha menghindarkan  birokrasi yang tidak perlu.

Adanya Komite Energi yang aktif akan mendatangkan keuntungan keuntungan sebagai berikut:

- Dapat mendorong kelancaran berkomunikasi dan tukar menukar gagasan antar berbagai departemen yang terlibat dalam perusahaan.

- Dapat memudahkan dicapainya persetujuan bagi proyek konservasi energi yang mempunyai pengaruh terhadap lebih dari satu departemen .

- Dapat menyampaikan suara yang lebih kuat untuk meyakinkan manajemen puncak dari pada hanya disampaikan oleh seorang manajer.

Komposisi Komite Energi akan bervariasi pada setiap perusahaan, bergantung pada struktur manajemen yang ada, jenis dan jumlah pemakaian energi serta faktor-faktor spesifik lainnya pada perusahaan tersebut.  Contoh tipikal susunan Komite Energi seperti terlihat pada Gambar berikut ini.

Gambar Komite Energi

Kapan dan seberapa sering Komite Energi harus mengadakan pertemuan ?   Hal ini bergantung pada seberapa pentingnya biaya energi terhadap struktur biaya produksi (operasi gedung)  serta biaya keseluruhan pada perusahaan tersebut dan kemajuan proyek-proyek (yang berkaitan dengan energi) yang sedang berjalan.   Pada umumnya pertemuan diadakan sebulan sekali, sehingga Komite dapat mempelajari dan membahas jumlah produksi dan konsumsi energi setiap bulan secara teratur.   Pembahasan ini menyangkut perbandingan antara performance sebenarnya terhadap sasaran dan anggaran yang ditentukan, demikian pula perbandingan terhadap kondisi bulan sebelumnya.   Hal-hal lain yang perlu dibahas juga adalah status investasi di bidang konservasi energi yang sedang berjalan maupun dalam perencanaan.

1.1.3  Manajer Energi

Dengan membentuk suatu Komite Energi saja tidaklah cukup.   Maka diperlukan seseorang untuk melaksanakan kebijakan dan arahan-arahan yang dibuat oleh Komite, serta menyediakan data yang dibutuhkan oleh Komite untuk membuat keputusan. Dengan demikian penunjukan seorang Manajer Energi merupakan tahapan penting dalam memulai suatu program Manajemen Energi yang efektif pada setiap perusahaan.

Peranan Manajer Energi akan bervariasi di setiap perusahaan, namun demikian biasanya seorang Manajer Energi terkait dengan tugas-tugas sebagai berikut :

-       Pengumpulan dan analisa data yang berkaitan dengan energi secara teratur.

-       Pemantauan pembelian energi.

-       Identifikasi peluang-peluang penghematan energi.

-     Pengembangan proyek-proyek penghematan energi, termasuk evaluasi teknis dan ekonomis yang diperlukan.

-       implementasi  proyek-proyek penghematan energi

-       Pemeliharaan komunikasi antar karyawan serta hubungan masyarakat.

Secara umum, seorang Manajer Energi harus ikut serta dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan pembelian energi, distribusi energi dan pemanfaatan energi dalam suatu gedung atau perusahaan.

Pada beberapa perusahaan, khususnya perusahaan yang lebih kecil, Manajer Energi dapat melapor langsung kepada Manajer Umum atau pimpinan, sehingga tidak perlu adanya Komite.   Dengan seorang Manajer Energi yang dapat bekerja secara efektif dengan semua departemen dan yang berkemauan keras atau "self motivated", maka program akan dapat berjalan dengan baik.  Pada perusahaan yang sangat kecil, dapat saja Manajer Energi dijabat oleh seorang staf yang bekerja secara part-time.   Untuk perusahaan yang lebih besar mungkin dapat menunjuk seorang Manajer Energi yang bekerja secara full-time dan dilengkapi dengan beberapa pembantu atau asisten di bidang teknis, sehingga terbentuk suatu "Group Konservasi Energi".

Bila memungkinkan, Manajer Energi maupun group harus bebas/tidak bergantung pada departemen-departemen utama, dan biasanya tidak perlu lapor langsung kepada Manajer Produksi, atau Manajer Pemeliharaan. Sering kali, untuk memberikan kebebasan dan kewenangan, Manajer Energi melapor langsung ke tingkat yang lebih tinggi, seperti kepada Direktur Operasi.

Perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, keahlian dan pengalaman seorang Manajer Energi.   Kemampuan dibidang teknis biasanya merupakan kualifikasi utama, meskipun kadang-kadang pada beberapa kasus tidak mutlak.   Pada perusahaan yang kecil, keahlian teknis yang memadai mungkin berguna karena dalam hal ini Manajer Energi mungkin akan sering kali melaksanakan sendiri sebagian besar pekerjaan yang menjadi tugasnya. Pada perusahaan yang lebih besar, dimana tenaga ahli teknik lebih banyak tersedia, Manajer Energi dapat dijabat oleh seseorang yang mempunyai pengalaman di bidang akuntansi atau manajemen umum.

Sebaiknya Manajer Energi ditunjuk dari dalam perusahaan sendiri, karena posisi ini memerlukan pengetahuan praktis yang baik dari seluruh aspek-aspek pengoperasian perusahaan, baik yang bersifat teknis maupun administratif.

Keahlian khusus yang penting bagi seorang Manajer Energi termasuk pengetahuan di bidang administrasi dan komunikasi.   Manajer Energi akan menggunakan banyak waktunya untuk meyakinkan rekan-rekan sekerja dan manajer puncak untuk menentukan langkah-langkah khusus yang harus dilakukan.

Kualifikasi ideal untuk seorang Manajer Energi seperti diuraikan berikut ini, meskipun pada prakteknya sangat jarang seseorang memiliki keseluruhan kualifikasi tersebut.   Namun demikian Manajer Energi yang baik harus mempunyai sebagian kemampuan/pengetahuan tersebut sebagai modal awal dan sebagian lagi dapat dipelajari, yaitu :

-    Mengenal dengan baik (familiar) terhadap kondisi perusahaan/gedung dan peralatan-peralatan pengguna energi yang ada.

- Kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data serta menginterpretasikan data dalam bentuk yang sesuai untuk disajikan kepada manajemen puncak.

-    Pengetahuan tentang peralatan-peralatan pemakai energi (misalnya boiler,  heat exchanger, steam system, pencahayan, refrigerasi dan AC) beserta faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensinya.

-      Keahlian engineering, menentukan ukuran dan memilih peralatan, mengawasi pemasangannya serta menjamin pemeliharaan yang benar.

-   Kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara baik dengan manajemen maupun operator serta karyawan bagian pemeliharaan,  menjembatani antara pelaksanaan arahan manajemen dengan kebijaksanaan perusahaan dibidang efisiensi energi.

-   Kemampuan yang baik untuk mempertimbangkan kapan diperlukannya bantuan dari luar, misalnya konsultan atau vendor peralatan guna membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi.

-    Memahami dengan baik peranan energi didalam perusahaan, dalam kaitannya dengan elemen-elemen lainnya, seperti AC, boiler  dan lainnya.

-  Kemampuan berinisiatif untuk mengembangkan cara pemecahan permasalahan dengan mempelajari permasalahan yang ditemui oleh orang lain dimana saja atau di gedung lain dan mengadaptasikannya untuk kepentingan perusahaan sendiri.

Lebih dari itu, seorang Manajer Energi harus selalu terbuka wawasannya untuk melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang yang berbeda serta mempunyai keahlian untuk meyakinkan orang lain bahwa jika diambil langkah-langkah yang tepat, maka penghematan dapat dicapai dan sangat berarti serta bermanfaat.

1.1.4   Intensitas Konsumsi Energi (Indeks Konsumsi Energi /IKE)

Untuk menilai tingkat hemat energi suatu gedung diperlukan suatu acuan yang bisa dipakai oleh pelaksana efisiensi energi di suatu gedung. Acuan ini bukan bersifat standar karena tingkat hemat suatu gedung akan berbeda untuk wilayah yang berbeda tergantung kondisi lingkungan dan aturan yang berlaku. Karena itu acuan yang dipegang bersifat dinamis yang bisa berubah sesuai dengan perubahan waktu dan perkembangan teknologi. Perubahan ini bisa terjadi sebagai contoh misalnya pada saat belum ditemukan lampu hemat energi, acuan tingkat hemat untuk lampu lebih besar dibandingkan setelah ditemukannya lampu hemat energi. Oleh karena itu intensitas konsumsi energi yang disebut juga  Indek konsumsi Energi  (IKE) yang akan dipakai adalah yang berlaku untuk Indonesia untuk kondisi waktu saat ini.

Tabel 1.4 Perbandingan Intensitas Konsumsi Energi Gedung Indonesia

No

Jenis Gedung

Intensitas Konsumsi Energi/IKE

kwh/m2/tahun

1

Rumah sakit

240

2

Pusat perbelanjaan

270

3

Hotel

260

4

Perkantoran Swasta

180

5

Perkantoran Pemerintah (AC)

165

6

Perkantoran Pemerintah (non AC)

65

Sumber kementrian ESDM, Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia

Saat ini Indeks Konsumsi Energi (IKE) yang dipakai untuk bangunan gedung berdasarkan acuan dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi  Energi yaitu dengan gambaran sebagaimana tabel diatas.

Besaran pada tabel diatas merupakan angka rata-rata IKE di gedung Indonesia. IKE dihitung dari perbandingan konsumsi energi total gedung terhadap total luas gedung. Jika nilai IKE suatu gedung lebih besar dari rata-rata diatas maka gedung dapat dikategorikan tidak hemat sebaliknya jika lebih rendah maka masuk kategori hemat. Jika gedung dapat dikategorikan tidak hemat maka kegiatan efisiensi energi harus dilakukan pada gedung tersebut.

Share: