Bukan tugas pertamina memastikan subsidi
tepat sasaran, karena itu tugasnya
pemerintah yang harus membuat kebijakan subsidi untuk rakyat dan tepat
sasaran, pertamina hanya perlu menyalurkan
saja.
Pertamina adalah Badan Usaha,bukan badan
layanan publik tidak perlu merepotkan diri dengan tepat tidaknya distribusi BBM
subsidi, biarkan pemerintah yang sibuk memikirkan bagaimana subsidi tepat
sasaran. Pertamina harus sibuk mencari
untung dan jangan merugi dan terus jadi mayat seperti BUMN lainnya yang
Mari kita bandingkan kinerja keuangan dua BUMN minyak, Pertamina
dengan petronas dari Malaysia.
Pada tahun 2021 Petronas berhasil
mencetak laba bersih setelah pajak sebesar RM 48,6 miliar, atau sekitar Rp
161,78 triliun. Total laba bersih Petronas ini adalah setara dengan lebih dari
5 kali lipat dengan laba bersih Pertamina.
Sementara dalam laporan keuangannya th
2021 PT Pertamina (Persero) disebutkan mencatat laba bersih sebesar US$ 2,05 miliar
atau sekitar Rp 29,3 triliun.
Di sisi asset perbandingan antara dua
raksasa migas ASEAN ini akhir tahun 2021, jumlah aset Petronas tercatat sebesar RM
635 miliar atau setara dengan 2.113,87 triliun. Sementara itu aset Pertamina
sebesar 78,05 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.156,35 triliun.
Terlihat jumlah aset Petronas sekitar 2 kali lipat aset
Pertamina, namun perusahaan Petronas bisa membukukan laba bersih lebih dari 5
kali lipat dari laba Pertamina. ROA
(return on Asset) Petronas adalah 7.65 %
dibandingkan Pertamina yang hanya 2.53 %.
Kalau dalih Menteri BUMN bahwa Pertamina
banyak import BBM sementara petronas tidak import sehingga tidak bisa dibandingkan, justru itu itu masalahnya. exploitasi potensi-potensi
migas di wilayah Indonesia yang katanya cukup tinggi, Pertamina harus bisa
mengoptimalkan.
Pada saat yang sama Pemerintah harus bisa mengurangi import BBM agar harga
BBM local dapat dikendalikan, sumber-sumber BBM yang masih potensial harus
segera dapat ditemukan dan dilakukan exploitasi. Untuk explorasi, kemetrian
terkait harus berusaha keras untuk menemukan cadangan terbukti dari
sedimen-sedimen minyak yang ada di wilayah kita. Supaya Pertamina tidak banyak
import BBM kalau tidak mau dibandingkan
dengan Petronas
Kordinasi yang kuat dalam pemerintahan
diperlukan agar realisasi investasi hulu migas meningkat, karena saat ini
datanya menunjukkan kinerja yang rendah. Dari 128 cekungan yang ada di wilayah
Indonesia saat ini masih banyak yang belum diexplorasi.
hingga kuartal 1 tahun 2022 Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan realisasi investasi hulu migas baru mencapai
US$ 2,1 miliar. Nilai ini baru sekitar 16% dari target investasi yang dipatok
dalam APBN tahun 2022 sebesar US$ 13,2 miliar.
Terkait masalah BBM umum yang disubsidi
seperti pertalite, dimana BBM umum ini ditetapkan oleh pemerintah bukan
pertamina. Pertamina tak boleh menaikkan harga, seenaknya tanpa memperhatikan
patokan harga dasar yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Menteri ESDM
sesuai dengan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 191 Tahun 2014 Tentang Penyediaan, Pendistribusian Dan Harga Jual Eceran Bahan
Bakar Minyak, Pasal 14 yang menyebutkan bahwa : Dalam penyediaan dan pendistribusian
Bahan Bakar Minyak, harga dasar dan harga jual eceran Bahan Bakar Minyak
ditentukan oleh Menteri
Berapapun biaya produksi BBM oleh
pertamina harganya ditentukan oleh
pemerintah dimana selisih harga akan ditutupi pemerintah melalui subsdi yang
terbuka untuk semua pengguna BBM.
Subsidi energi adalah keputusan politik
pemerintah yang memberikan nuansa populis untuk menarik dukungan rakyat, namun dengan sifat subsidi
energi yang terbuka ini maka potensi kenaikan subsidi menjadi sangat besar karena
dipengaruhi oleh kenaikan pemakai BBM subsidi itu sendiri serta kenaikan harga energi internasional dan nilai
tukar rupiah terhadap dollar.Selain itu dikarenakan kebutuhan sekitar 1 juta barel
minyak untuk konsumsi nasional, yang dipenuhi oleh produksi nasional hanya ada
sekitar 660 rb barell per hari, sehingga hampir 30 persennya minyak kita
Import.
Pengaturan subsidi dengan menetapkan
target penerima dengan basis orang atau penerima manfaat sehingg tepat sasaran
adalah tugas pemerintah basisnya bukan basis komoditas seperti sekarang ini
yang tidak tepat sasaaran. Dengan demikian subsidi bersifat tertutup sehingga
volatilitas terhadap perubahan harga energi dapat dikendalikan
Dengan produksi sendiri minyak untuk
konsumsi nasional yang rendah, sementara porsi impor tingginya serta pengaruh rendahnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar masih tinggi, subsidi
BBM nasional rentan terhadap kenaikan BBM di pasar internasional.
Akibat naiknya harga minyak mentah dunia
akhir-akhir ini,maka jumlah subsidi
harus ditambah Rp74,9 triliun dengan rincian, subsidi untuk BBM dan elpiji
sebesar Rp71,8 triliun, dan subsidi untuk listrik Rp3,1 triliun,
Kenaikan ini melonjak jauh dari anggaran
subsidi energi awal yang sebesar Rp134,03 triliun. Tambahan subsidi ini adalah konsekuensi langkah pemerintah yang
tidak menaikkan harga BBM, LPG, dan tarif listrik meski harga minyak dunia
meningkat. dimana asumsi rata-rata harga minyak Indonesia (ICP) sebesar US$63
per barel sepanjang tahun. Kenaikan harga yang terjadi antara lain pada
Indonesian Crude Price (ICP) dari asumsi USD 63 per barel yang berubah menjadi
USD 100 per barel.
Total anggaran subsidi tahun 2022 adalah
sebesar 520 triliun terbesar sejak sepuluh tahun terakhir setelah pada 2014.
Pada 2014 Presiden SBY sempat
menganggarkan subsidi energi sebesar Rp341,8 triliun, seperti terlihat pada
gambar.
Program aplikasi MYPERTAMINA dalam
rangka menyalurkan subsidi BBM agar tepat sasaran akan sulit berhasil dalam
penerapannya. Walaupun bisa Mengurangi pemakaian BBM pertalite oleh warga kaya
dengan mobil 1500 cc keatas namun akan menyebabkan Sebagian besar rakyat kecil
tidak memperoleh subsidi tersebut. Rakyat kecil seperti supir angkot, pengusaha
mikro dan pegawai rendahan tidak selalu memiliki smart phone yang bisa di-
install program MYPERTAMINA. Kalaupun
mereka punya HP mungkin tidak cukup biaya untuk selalu berlangganan
internet. Belum lagi kualitas jaringan internet di daerah pedesaan dan pelosok
yang rendah sehingga membuat koneksi ke aplikasi MYPERTAMINA sering gagal. Kegagalan untuk medapatkan BBM melalui aplikasi ini bisa menyebabkan keresahan di kalangan
bawah yang pada gilirannya akan menyullitkan pemerintah juga.
Jadi Aplikasi MYPERTAMINA akan sulit
dilaksanakan, hal ini malah akan menyebabkan kalangan yang paling bawah seperti
supir angkot, pengusaha mikro dan pegawai rendahan lebih sulit mendapatkan BBM
subsidi. Dengan demikian program
MYPERTAMINA akan gagal dalam mencapai tujuan agar subsidi BBM tepat sasaran.
0 comments:
Posting Komentar